Seperempat Abadku

"Life is Short Time"
Begitulah adanya. Waktu sangat singkat. Kata orang jawa "urip mung mampir ngombe". Ya. Mampir ngombe. Singkat bukan? 

Begitulah. Rasanya baru kemarin aku menjejak usia belasan tahun. Menikmati masa yang orang bilang masa 'remaja'. Masa bebas berekspresi dengan pakaian putih biru hingga putih abu. Masa puber yang kadang lucu untuk di kenang. Masa dimana mulai merasakan suka terhadap lawan jenis tapi malu mengungkapkan. Masa dimana seharian bisa asik mendengarkan lagu galau dari radio di dalam kamar. Masa tak ada beban berat yang harus terfikirkan. Yang terpenting. Masa dimana aku merasakan kasih sayang yang tak lekang oleh waktu. Ibu. 

Ibu.
Saat itu, ia masih bugar. Segar. Mengajariku banyak hal. Bersamanya aku tumbuh menjadi gadis yang lebih suka di rumah daripada keluyuran. Hampir 24 jam waktu aku habiskan bersamanya. Kecuali saat di sekolah. Ya. Ibu sahabat terbaikku. Hingga saat ini. Tak ada pengganti. 

Masih melekat dalam ingatan. Diusia belasan tahun yang seharusnya aku bisa menikmati masa hura hura bersama teman. Itu tak ku lakukan. Pekerjaanku dirumah lebih mengikuti kegiatan Ibu. Bercengkrama tentang hari, masa depan hingga impiann. Kemana Ibu pergi disitu ada aku yang bergelanyut manja di lengannya. Ibu cinta pertamaku. Bersamanya aku menjadi ratu Dunia. 

Waktu berjalan. baju putih abu ku tanggalkan. Bangku kuliah menungguku. Tapi tak dengan Ibu. Di semester pertama kuliahku, Ibu meninggalkanku selamanya. Seolah ia tak rela cucu kesayangannya ini pergi meninggalkan rumah. Seolah ia tak ingin terpisah oleh jarak ribuan kilo dari rumah. Ibu, sahabat terbaikku meninggal dalam sujudnya. Ibu meninggal memeluk sang Khaliq kecintaannya. Ibu yang selalu bangun di seperempat malam mendapatkan apa yang selama ini diinginkan. Memeluk sang Khaliq di detik terakhir kehidupannya. Maafkan aku Ibu. Bahkan aku belum melakukan apapun untukmu. Tak satupun Ibu. Maafkan aku. Aku rindu.

Deret angka belasan telah berlalu. Kepala dua menyambutku. Disinilah aku mulai merajut hari. Mamah menjadi sosok terpenting di deret usiaku ini. Mamah sang Srikandi Keluarga. Membuat adrenalin semangatku terus terpompa demi masa depan yang cerah untuk masa tuanya. Mamah. Sosok yang dari kecilku hingga aku lulus Perguruan Tinggi tak pernah ada di sampingku. Bukan apa apa. Ia berdikari menapak bumi di Negeri orang. Menjadi pahlawan devisa negara. Dari satu Negara ke Negara lainnya. Mamah. Ia cinta pertamaku. 

Hingga detik ini, terhitung sudah 13 tahun ia habiskan di Negeri orang. memeras keringat untuk bekal pendidikan aku, kakak, dan adek. Demi sesuap nasi dan segepok uang yang nyatanya tak pernah cukup untuk menutup kebutuhan. Kau jaga titipan Alloh SWT ini dengan sangat baik, mah. Kelak di Akhirat sana, aku berjanji Mah. Akan ku bela Mama di peradilanNya nanti. Mama orang tua terbaik sepanjang masa. Sepanjang usia. Alloh, mohon panjangkan sisa usia. Aku ingin membuat bahagia hari tuanya. Dengan cara Mu, Alloh. Maka beri jalan untuk ku bisa melukis senyum di usia senjanya. Amin.

Untuk Suami dan Anakku. Mereka nadi ku saat ini. Tak lengkap rasanya jika  hidup tanpa kehadiran mereka. Saat Ibu pergi, aku meminta pada Alloh untuk diberi pengganti. Dan mereka pengganti terbaik yang pernah ada. Sahabat yang menjadi nadi dalam hidup. Terimakasih Alloh. Aku merasa sempurna saat ini. Keluarga kecil ini membuatku semangat untuk hidup dan terus berkarya. Alhamdulillah Alloh. 

Seperempat abad. 
Waktu yang singkat dengan berbagai polemik kehidupan yang tersurat. Hidup yang begitu indah bukan? Aku berada di tengah tengah orang yang selalu aku cintai dan mencintaiku. Seperempat abad menjadi alarm yang menggugahku untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik. setapak demi setapak. Aku ingin seperti ibu. Kelak memeluk sang Khaliq di detik akhir kehidupanku. Menjadi pribadi yang sesederhana Ibu. Menjadi senyum di banyak orang. Menjadi Ibu terbaik untuk putra putriku nanti. Menjadi Istri sholehah yang selalu menuntun keluarga ke arah kebaikan. dan Menjadi anak sholehah yang kelak bisa menyelamatkan orang tua dari panasnya api neraka. Amin.

Seperempat abad. 
Semoga dan semoga. Alloh, bimbing hamba Mu dalam kebaikan. Selalu.

Selamat berkurang usia, Ra...

_Mrs. Dy (29 November 2016)



up