Dia "Sahabat" ku.. ^_^



PRATIWI, begitulah orang-orang menyapanya. Gadis dengan zodiak pisces ini merupakan gadis pendiam dengan sifat independent yang melekat pada dirinya. Dia selalu tampak sendiri dan seolah bisa mengerjakan semua tanpa bantuan orang lain. Gadis berkacamata yang taat beribadah dengan busana muslim yang selalu melekat di tubuhnya. Gadis yang aku temui 4 tahun silam saat mengikuti ospek disebuah universitas islam di kota Pendidikan. Dan nyatanya aku satu kelas dengan gadis mungil ini. Dibalik jilbab lebar yang melekat, wajah ayu itu disembunyikan. Manis. Mungkin seperti itulah gambaran bidadari bermata jeli yang sering aku baca di buku-buku islami. 

Pratiwi...
Ah,  nama itu membuat aku teringat masa-masa indah perjuangan kami selama kuliah. Meski dia pendiam entah mengapa aku sangat nyaman berada disampingnya. Karakter dia yang berbeda dari sosokku yang cenderung ceplas-ceplos, baju standar badan, menghindari buku dan perpustakaan serta lebih sering bertindak sebelum berpikir, membuat kita saling melengkapi. Sering kali ketika aku bertindak semau ku dengan bahasa yang halus dia selalu mengingatkan. “Ra, baiknya seperti ini....” atau “Menurut ajaran islam sebaiknya......” begitulah hari-hari ku mulai sedikit berubah oleh kehadirannya. Aku mulai mengenakan rok, menjaga kalimat yang tidak terkontrol, belajar mendengarkan, dan sedikit muslimah. Mungkin menurut pandangan orang itu hal biasa. Tapi bagiku, memiliki sahabat sepertinya adalah anugrah yang patut dan selalu aku syukuri. Mungkin Pratiwi adalah media Tuhan untuk mengingatkanku akan arti kehidupan yang lebih baik. ^_^

Tak jarang kita saling bertukar argumentasi tentang mata kuliah yang sedang kita bahas. Memaksa aku untuk mencintai buku dan perpustakaan dan tak jarang pula kita habiskan jam istirahat dengan bertukar pengalaman hidup, cita-cita dan masa depan. Intinya, dia pendengar yang baik untuk aku yang suka berbicara. Dia menjadi telinga segala keluh kesahku. Dia sahabat berbagi saat aku sedih maupun kala kebahagiaan berpihak padaku. Pratiwi menjadi malaikat saat hatiku gersang dan kering oleh sentuhan rohani. Nasihat dan pesan yang dia sampaikan selalu membawa damai dan menjadikan aku pribadi yang lebih baik. 

Lain halnya dengan Pratiwik, aku sendiri selalu menjadi penyemangatnya. Aku yang selalu percaya diri, optimis menjalani hidup dan aktif di berbagai kegiatan kampus. Aku berusaha menularkan karakter positifku yang hanya sedikit pada kepribadiannya yang cenderung terlalu kalem. Dan cukup berhasil, dimataku Pratiwi bukanlah lagi gadis pendiam, pemalu dan independen. Namun gadis yang mulai ceria, terbuka dan memiliki potensi luar biasa dibalik ketenangannya. 

Thanks For All My Shine..^^
Pratiwi Anggun Nurbayani. Begitu nama yang terpampang di sampul note hariannya. Nama yang cantik sesuai parasnya. Pembawaan yang anggun dan membuat damai sekelilingnya. Siapapun akan menghormatinya seperti dia menjaga kehormatannya. Rasanya ingin sekali mengenakan busana seperti yang ia kenakan. Bertutur kata selembut kalimat yang terlontar dari bibir tipisnya. Dan menjaga kehormatan seperti yang selalu ia ajarkan. Ah, lagi-lagi aku ingin kembali ke masa-masa itu. 

Pernah suatu ketika dia menjemputku untuk berangkat bersama ke Kampus. Dia memandangku lekat saat aku berjalan ke arahnya. Saat badanku sudah menopang di jok motornya dia menyalakan mesin motor dan melaju pelan. Dengan sedikit kikuk dia membuka percakapan. “Ra, bajunya bisa diturunin sedikit tidak?,” ucapnya sedikit melirik kearah spion motornya. Aku tersenyum keki. Cukup tertegun dan kehilangan percaya diri. “Kependekan ya wik?,” ujarku polos sembari mengikuti instruksinya. “Eh, kayanya emang kependekan, aduh Ara nggak PD nih wik,” Aku mulai risih dengan pakaian yang ku kenakan. Tiwik mengangguk pelan. Dia selalu bisa membuat aku stag dengan ucapannya yang lembut. “Lain kali pakai yang lebih sopan ya Ra,” katanya mengingatkan. Dia melepas jaket yang dikenakannya dan memberinya padaku. “Ini akan sedikit membantu,” Aku cukup terharu, tersenyum dan mengangguk. Ada syukur yang terpatri dikalbuku. “Makasih Wik”. 

Pratiwi...
Ah, nama itu... Jangan dikira kita tidak pernah berbeda pendapat mengenai masalah tertentu. Sangat sering!! Aku yang selalu keukeuh dengan pendirianku dan dia dengan sikap datar juga mempertahankan argumennya. Suatu ketika kita berada dalam satu kelompok diskusi dan alhasil kita menyelesaikan lembar kerja kita masing-masing. Cukup sulit mempertemukan pendapat pada satu titik yang sama. Dan pemandangan seperti ini sudah biasa bagi kita. Akan tetapi itu tak mengubah persahabatan yang sering disebutnya “ukhuwah islamiah”. Kita selalu sadar dalam hal akademis kita memang dituntut untuk sportif dalam bersaing. Namun diluar itu, kita saling membimbing, mengingatkan dan menjaga. Menurut ku itulah namanya “Sahabat”. Seseorang yang bisa membawa kita kejalan kebaikan dan membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. 

Dialah Pratiwi, sahabat yang akan selalu dekat di relung hati. Dan akan menjadi sejarah dalam kehidupanku. Sampai kapanpun!! ^_^

mencintai tanpa pecinta

Dia bukan wanita pecinta "Cinta",, Dia hanya berusaha menCintai seseorang yang menyerahkan Cintanya dan memutuskan menCintainya. Maka ketahuilah,, dia tak memiliki apapun untuk diCintai dan tak mengharap apapun atas balasan Cinta yang dia ciptakan atas keCintaannya.. percayalah,, Cintanya begitu sederhana... Sesederhana kata yang tak mampu mengucap Cinta.. Cinta Cinta dan Cinta,, hingga tersadar ciptaannya atas Cinta membuatnya diCintai, menCintai dan akhirnya jatuh Cinta *13022013 ^_^




---
 
Sederhana, itu saja yang ku mau dari kita..
Sesederhana pagi yang mengukir senyum mentari,, hanya itu.. Bahkan sesederhana itu..!!
Sederhana, itu saja saja yang ku ingin dari kita.. Saling memberi n menerima,, kejujuran, kepercayaan, kesetiaan.. Hanya itu.. Terlalu sederhana n akan tetap begitu smpai tiba masaku menyayangimu seutuhnya.. Dibawah ikrar sehidup semati kita #justpray ^_^


                                         
                                                                               -Big Thanks for Mr. Ky-
 
 

up