Penerapan Teknologi Pangan Lokal "Pembuatan Chif untuk Tepung Mocaf"

Kepala Balitbang (kiri) berjabat tangan dgn Bp. Nahrowi (Kades Podorejo)
Hari ini 12 Juni 2014, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Jawa Tengah mengadakan kegiatan Penerapan Teknologi Pangan Lokal Pembuatan Chif untuk Tepung Mocaf . Kegiatan yang diselenggarakan di balaidesa kelurahan Podorejo ini bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang cara pembuatan chif untuk tepung mocaf. Chif adalah potongan ubi yang diiris kecil untuk kemudian dikeringkan. Hal ini untuk mempermudah penyimpanan dan pemakaian.

Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang peserta dari SKPD kota semarang dan kelompok tani setempat. Mengawali acara, kepala desa podorejo Bapak Nahrowi memberikan sambutan selamat datang kepada peserta. Menurut Nahrowi, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di kelurahan podorejo. Ia menghimbau masyarakatnya untuk mengikuti kegiatan dengan sebaik-baiknya. “Apa yang saudara dapatkan hari ini dan ilmu yang akan diberikan oleh para praktisi merupakan ilmu yang harus di serap untuk kemudian di terapkan. Saya harap semua memperhatikan dan mengikuti kegiatan hingga selesai,” ujar Nahrowi. Ia juga berterimakasih kepada penyelenggara atas kegiatan dan bantuan alat yang diberikan. “Semoga kami dapat memanfaatkan dengan baik apa yang telah Balitbang berikan,” tutupnya.

Agus Wariyanto, kepala Balitbang Prov. Jateng memberikan sambutan sekaligus membuka acara. Dalam sambutannya, Beliau mengatakan pentingnya pengembangan klaster mocaf (Modified Cassava Flour) sebagai produk olahan baru dari singkong. Hal tersebut tentunya harus di dukung sumber daya manusia yang mau ikut serta dalam menghidupkan klaster mocaf ini. “Saya berharap agar setiap warga di sini untuk dapat berpartisipasi dalam memanfaatkan singkong untuk meningkatkan pendapatan negara,” ujar Agus.

Acara dilanjutkan dengan paparan yang terdiri dari tiga sesi. Sesi pertama oleh Ibu Sri Budi Wahyuningsih, dosen teknologi pertanian Universitas Semarang dengan tema pembuatan Chif dari tepung mocaf. Sesi kedua oleh Bapak Sugino, praktisi mocaf wonogiri. Beliau menyampaikan tentang proses pengolahan tepung mocaf dari singkong. Sesi terakhir disampaikan oleh Ibu Tri Barokah, ketua dammar sindoro sumbing Temanggung, dengan tema pengembangan koro pedang. Sesi paparan ditutup dengan sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh peserta.

Acara selanjutnya adalah praktek pengolahan Chif dari ubi ketela bahan dasar tepung mocaf. Acara dipandu oleh para narasumber. Ibu Budi dan bapak Sugino memandu peserta memproses Chif untuk mocaf mulai dari pengupasan ubi ketela hingga diproses menjadi Chif menggunakan alat perajang yang diberikan oleh Balitbang. Sedangkan Ibu Tri membimbing peserta dalam proses pembungkusan hingga pengepakan yang baik.

Acara diakhiri dengan serah terima alat yang diberikan langsung oleh kepala Balitbang Prov. Jateng, Bapak Agus Wariyanto.

_Drara Novia D.A # http://www.balitbangjateng.go.id/index.php/web/artikel/detail/99

Sebuah Inspirasi Pagi -afterreading-



Hari yang cerah. Berbeda setelah baca kisah ini. Rasa haru menyergap menjadikan lagit yang cerah menjadi abu-abu. Alloh, apa aku bisa sekuat itu? Apa bisa menjaga kesetiaan sekokoh itu? Aku ingin bisa Alloh. Setidaknya, aku ingin melalui banyak hari dengannya dalam suka dan duka. Tanpa mengeluh!

Ini cerita nyata, beliau adalah Bp. Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis Asset Management yg sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan Investment, beliau juga sangat sukses dlm memajukan industri Reksadana di Indonesia.
————————————————————————————————
Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari sinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya– karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing– Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil’.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata:

“Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.

“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu……

Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis

” Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.

Hidup adalah Perjuangan tanpa henti-henti, tidak usah kau tangisi hari kemarin.


up