Penghujung Desember



Untuk senja yang berlalu tergesa-gesa

Untuk langit yang bersenyum tak seperti biasanya

Kabut, dingin, sisa basah dan aroma hujan. Sendu 

Dipenghujung Desember yang akan segera berlalu..

Sedihkah?
Harukah?
Tawakah?
Bagaimana denganmu?
Apa yang kau rasakan wahai Semesta?

Waktu melaju dengan detik menit yang tak memberi jeda

Tak memberi sedikit jarak untuk menahanku menyempurnakan tahun Masehi ini

Yang orang bilang penghujung tahun
Yang orang bilang malam ditahun baru
Yang orang bilang banyak huru hara diluar sana

Ah, bagiku sama saja! 

Bukankah semua terasa sama?

Tak banyak kata. Tak ingin berkata-kata.
(Office, Penghujung Desember-31/2014)

-Selamat Hari Ibu, Mama-



Lagi iseng buka youtube tiba-tiba nemu lagu ini “Muara Kasih Bunda”. Nyessssh! Jadi inget Mama nun Jauh di sana. Seorang Srikandi yang selalu menjadi pahlawan hidup dan mati.

Ah, Mama.. Betapa sering aku menoreh luka kecewa dihati Mama.. Betapa banyak dosa yang putri kecilmu lakukan. Putri kecil yang kini tumbuh dewasa dengan watak keras seperti engkau. Dan maaf Mama, seringkali kerasnya watakku menjadi sebab pecahnya tangismu. Maaf Mama, kerasnya watakku membuat putrimu terlalu cepat mengambil keputusan yang menyakitimu. Mama.. Apa yang harus kulakukan untuk menebus dosa itu?

Dan kini, tepat saat hari Ibu itu tiba. Kupersembahkan sebuah lagu yang belum lama ini terngiang lirih ditelingaku. Yang terus kudengar pagi saat di Kantor, siang saat istirahat, dan malam menjelang terlelap. Sungguh Mama. Aku sangat mencintaimu. Dimanapun berada. 

Dikehidupan selanjutnya, bersediakah kau kembali menjadi Ibu untukku?

Bunda...
Engkaulah muara kasih dan sayang
Apapun pasti kau lakukan, demi anakmu yang tersayang

***
Bunda...
Tak pernah kau berharap budi balasan
Atas apa yang kau lakukan untuk diriku yang kau sayang
Saat diriku dekat dalam sentuhan, peluk kasihmu dan sayang
Saat ku jauh dari jangkauan, doamu kausertakan

***
Maafkan diriku bunda, kadang tak sengaja ku membuat relung hatimu terluka
Kuingin kau tau Bunda, betapa ku mencintaimu lebih dari segalanya
Kumohon restu dalam langkahku
Bahagiaku seiring doamu

­_Mrs. Dy

Perjalanan menuju 40 hari



Anakku, maafkan kesalahan Bunda. Seringkali Bunda membuatmu kelaparan. Membuat tidurmu terusik manakala Bunda berkendara. Membuatmu bereaksi saat Bunda lelah bekerja. Maaf untuk ketidak tahuan Bunda manakala melakukan suatu hal kau merasa kesakitan. Maaf pula telah membuatmu bersedih manakala Bunda terisak lirih menahan sakit sendiri. Tak jarang isakan itu mengeras dan membuatmu lebih terguncang. Maaf atas khilaf Bunda, Nak.

Bukan maksud hati, sengaja membuatmu kelaparan. Tapi untuk mencium aroma makanan saja perut Bunda menolak memakannya.

Bukan maksud hati membuat kau tertidur dari rasa amanmu. Bunda harus berjuang melawan hidup dan kebutuhan keseharian Bunda dan keluarga. Termasuk kamu, nak. Bunda punya tanggungjawab yang masih harus Bunda laksanakan dengan bekerja keras.

Bukan maksud hati Bunda membuatmu menggeliat marah saat Bunda lelah. Terlalu lelah melaksanakan tugas. Tapi memang pekerjaan adalah amanah yang harus Bunda jalankan sebisa Bunda. Sekuat Bunda, nak.

Bukan maksud hati Bunda membuatmu kesakitan, nak. Kadang Bunda hilang kendali untuk melakukan sesuatu yang biasa Bunda lakukan. Bunda terlupa jika kau menyatu dalam diri Bunda.

Bukan maksud Bunda membuatmu bersedih hati hingga terguncang. Kadang berat untuk Bunda menyimpan lelah sendiri. Memendam sakit sendiri. Merasakan rasa tak menentu ini sendiri. Ketakutan itu muncul tiba tiba, nak. Dosa Bunda terlalu banyak untuk Bunda tebus dikemudian hari. Kesalahan Bunda menggunung membuat Bunda kadang tak bisa membendung kesakitan Bunda. Maaf anakku, Bunda jadi membaginya denganmu. Maafkan sayang.

Tolong maafkan Bunda, Nak! 


Mrs_Dy

up