“Happy
anniversary, istriku”. Aku menggeliat. Menatap lamat-lamat jam dinding kamar.
Pukul 00.00. tersenyum. Dia mengecup keningku.
“Belum
tidur dari tadi, sayang?,” masih menggeliat. Lelah. Aku bahkan tak sadar sejak
kapan aku terlelap. Mungkin karena lepas bergulat dengan berbagai aktivitas
kantor terlalu asyik bermain dengan keponakan-keponakan kecil di tempat pakdhe.
Ah, aku juga tak tahu sejak kapan lelaki disampingku menatapku lamat-lamat. “Happy anniversary, sayang”. Kembali memejamkan mata.
“Tidur
nyenyak sayang,” dia memelukku erat. Mengecup keningku. Seperti biasa. Seperti kemauanku.
Ikut terpejam bersamaku.
Alhamdulillah,
setahun bersamamu. Terasa
cepat. Terasa hebat. Rasanya baru kemarin perjumpaan kita untuk
pertama kalinya. Baru
kemarin kau meminang dan menikahiku. Baru kemarin kisah cinta ini kita buka dan
begitu menarik jalan ceritanya. Hingga kita saling jatuh cinta
berkali-kali. Dan menjadikan cinta penguat hari.
-Aku mencintaimu, Istriku-
-Aku juga mencintaimu, Suami-
Kalimat itu seakan menjadi mantra yang terus
menguatkan kisah kita. Menjadikannya penuh warna. Aku mencintaimu.
Pagi yang cerah. Mentari
bersemangat menyambut hari bahagia kami.
“Jalan-jalan yuk, Sayang”.
Aku menguap berkali-kali. Mengerjap-ngerjap mata menghilangkan rasa kantuk yang
masih hebat. Tanganku mengusap lengannya yang masih tertidur di sebelahku. Dia
sedikit membuka matanya.
“Mau jalan kemana,
Sayang?”. Kembali terpejam. Aku tak menjawab. Segera mandi dan berganti
pakaian.
Setengah jam berlalu.
“Ayo dong, Sayang. Bangun.
Sudah jam 07.00 ini”. Aku merajuk. Dia tersenyum. Mengangguk. Terduduk. Masih
terpejam. “Sayaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang…. Ayo bangun dong,” Matanya terbuka.
Mengerjap ngerjap. Menguap. Berjalan dengan malas. Menyambar handuk. Mandi.
Aku tersenyum menang! :D
20
menit berlalu..
“Sayaaang,
mandinya lama amaaat,” lagi-lagi suaraku menggema di sudut-sudut ruang. Tampak sosoknya
membuka pintu kamar mandi sambil senyum menggoda. Tak menjawab.
“Eh, Istriku sudah cantik.
Sudah dandan,” Dia meledek. Tertawa sumringah dengan handuk di lehernya. Aku tersenyum
tak menanggapi. “Mau jalan-jalan kemana, Sayang?,”
“Pantai ya,” pintaku.
Mataku memohon-mohon nakal. “Pakai baju ini yank, baru kita tentukan tempat.
Okey”. Dia menurut.
“Ya udah, kita ke Pantai
saja ya. Sudah lama juga nggak kencan
ke sana,” aku tersenyum senang. Membetulkan sedikit
letak jilbabku. Merapikan baju. Memberi penyangga di bagian bawah perutku.
Menyiapkan keperluan di perjalanan. Siap meluncur.
Pantai
Jepara menjadi tujuan utama kita.
Aku, kamu, kita.
Tak jarang aku
berpikir dalam tanya. Akan sejauh mana kita bersama? Apa yang akan terjadi pada
kita di tahun-tahun berikutnya? Apa akan selalu seromantis ini dengan sifat kita
yang jelas sangat berbeda? Apa kita akan menjaga ikatan ini hingga ajal
memisahkan? Apa dan Apa... Mungkin karena aku begitu mencintaimu, sayang.
Setahun berlalu
dengan indah. Indah tak berarti tak ada pertengkaran. Indah bukan berarti statis.
Indah bukan berarti selalu bersama. Indah adalah warna yang kita ciptakan dalam
ikatan pernikahan ini. What a wonderfull life & love!
_Mrs. Dy
0 komentar:
Posting Komentar