Jika ‘kata’ adalah hal mudah yang bisa ku ucap di hadapanmu, bukan
kata ‘cinta’ yang selalu ingin dengan mudah ku kecap. Melainkan ‘maaf ’. Maaf untuk ketidaksempurnaan aku yang
mencintaimu. Maka, sempurnakanlah
cintaku.
Aku adalah
seorang penulis. Kau tau persis, terlalu sulit untuk ku kemas sebuah rasa dalam
kata. Hidupku terlalu dekat dengan tema. Dengan huruf yang tersusun rapi
menjadi sebuah kalimat dan bukan sekedar kata-kata. Jadi maaf, jika dari
kebiasaanku kau meragukan keyakinanku.
Aku tak mudah
mengatakan kata ‘cinta’. Bahkan lebih sering mengabaikannya. Mungkin aku
gengsi! Aku terlalu kaku mengucapkannya. Jadi maaf, aku egois dengan memaksamu
mengerti perasaanku.
Aku sayang kamu.
Itu yang selalu ingin ku katakan setiap pagi menyapa. Entahlah. Aku hanya bisa
menulisnya. Menjadikanmu sebuah tema dalam episode kisah cintaku. Dan hanya
kamu. Kau inspirasi yang tertuang dalam kisahku. Sekali lagi, aku menyayangimu
dengan rasa dan bukan kata.
Aku begitu gaduh.
Aku suka bicara. Bercerita apapun tentang hidup dan kehidupan. Tapi tidak soal
rasa. Dan aku suka mendengar. Mendengarkanmu. Apapun yang kau ceritakan.
Kesibukanmu hari ini, masalah yang kau hadapi, tentang keluargamu,
teman-temanmu, hingga masa lalumu. Aku suka saat kau bicara. Meski orang bilang
kau begitu pendiam. Namun bagiku kau tak jauh berbeda denganku. Kita sama-sama
gaduh!
Kita berbeda. Itu
jelas tersirat dan tersurat. Sayang, apa itu berarti kita tak berjodoh? Orang
bilang jodoh kita cerminan diri kita. Entahlah. Aku tak ingin memikirkannya.
Bagiku beda bukan berarti tak sama. Namun perbedaan itu saling melengkapi dan
mengisi. Beda itu warna. Jadi, adakah alasan yang membuat jeda perasaanmu?
Apa kau ingat? Aku
pernah berkata “wanita itu dipilih bukan memilih”. Jika boleh meminta,
sudikah kau memilihku? Aku ingin meresmikan hubungan kita dalam ikatan cinta
yang suci. Atas nama sang pencipta cinta. Sehingga tak lagi ada ragu menjadi
riak hubungan kita. Bisakah kau memilihku?
Maaf. Hanya maaf yang ingin ku katakan
saat ini. Maaf atas ke-acuh-an ku yang kau pasti menyadarinya. Maaf atas egoku
untuk memaksamu mengerti perasaanku. Maaf aku tak bisa mengeja rasa menjadi kata
‘cinta’. Maaf atas ketidaksempurnaan aku dan cintaku. Tapi percayalah, aku
mencintamu dengan caraku sendiri. Dengan rasa yang ku bangun sendiri. Hanya
rasa dan bukan kata. Maka maafkan aku dan sempurnakanlah cintaku. Kini dan
nanti.
0 komentar:
Posting Komentar