Aku masih mencoba
beradaptasi di kantor baruku. Cukup lama. Bukan berarti aku orang yang susah
untuk tinggal di tempat yang baru. Aku beradaptsi dengan pekerjaan yang
baru-baru ini aku sadar sangat jauh dari yang ku harapkan. Ini bukan masalah
gaji yang ku terima atau lingkungan kerja. Ini murni karena sikap idealisku
yang masih kekanak-kanakan. Aku tak bisa bekerja seperti ini. Ini bukan
bidangku dan aku tak mau menjajakan ke –aku- an ku demi mendapat materi.
Sangat jelas terasa.
Di luar aku merasa bahagia, namun di dalam aku semakin tertekan. Seringkali
kegiatan di luar kota memaksaku untuk maju di garda depan. Bertemu dengan
beberapa orang untuk menawarkan produk yang aku jajakan.
Aku tersenyum getir
manakala di beri trik dan tip khusus untuk mendapat relasi. Antara mengerti dan
meragu. Apa setiap hari harus bergelut dengan hati?
Oh ya, di luar
masalah pekerjaan. Aku kira keputusanku untuk tinggal di kota ini sangat tepat
mengingat aku bisa lebih dekat dengannya. Tapi ternyata salah. Salah besar!
Setelah beberapa bulan bekerja rasanya sama saja seperti dulu. Sama sekali tak
ada yang berubah. Pertemuan kami hanya dua sampai tiga minggu sekali. Itupun
kalau kami benar-benar bisa meluangkan waktu.
Kesibukan yang berbeda, jadwal
kerja yang padat dan tuntutan perusahaan pada diri kami masing-masing sangat
menguji kesabaranku untuk bertahan di sini. Bagaimana tidak, dia salah satu
alasan aku berjuang berada di sini. Tapi sudahlah. Aku sangat memakluminya.
Mungkin itu dulu.
Aku belum punya nyali untuk mengambil keputusan besar. Akan lanjut atau
berhenti di sini. Yaap. “Get Big or Go Home!”.
Ya Alloh, Allohumma yassir walaa tu’assir.
*Tobe Continue
_Mrs. Dy
0 komentar:
Posting Komentar