Haii Guys.. Aku
memutuskan untuk berhenti. Aku tau mungkin ini keputusan yang kurang bijak, aku
memiliki tanggung jawab dan tetap harus mencoba menyelesaikan apa yang menjadi
tugasku. Hmm. Tapi aku telah menyelesaikannya. Semua urusan kantor sudah aku
selesaikan. Begitu pula dengan keputusanku. Aku telah mengutarakannya kepada
pimpinan.
Sesuatu yang di
paksakan tidak akan menuai hasil yang baik. Itulah yang saat ini aku pikirkan.
Aku tidak akan bisa berkembang manakala aku tidak menikmati pekerjaanku.
Minimal aku harus mencintai pekerjaanku. Tapi sampai detik ini aku tak bisa
melakukannya.
Tekad sudah aku mantapkan.
Hari itu juga aku ke kantor dengan membawa sepucuk surat resignku. Sangat
berat. Aku tau ini sangat sulit. Mengingat kebaikan rekan-rekan kerjaku.
Lingkungan kerja yang kondusif dan gaji yang cukup. Namun, hati nurani tetap
mengajakku keluar. Dengan segenggam keberanian aku mengajukannya ke pimpinan.
Mencoba menjelaskan duduk permasalahanku. Sekali lagi, tekadku sudah bulat. Aku
berhenti.
Setelah ini, aku
tahu apa yang akan terjadi. Keluarga kecil di kota ini yang menyambutku pulang
tanpa ekspresi, dia yang berubah dingin dan keras seperti batu, dan rekan
kantor yang menitikan air mata satu-satu. Ku nikmati setiap sudut ruang
kerjaku. Bau khas aromatherapy yang menyeruak rongga penciumanku, tirai putih
dan bunga lily yang mempercantik penglihatanku, dan lukisan perdesaan yang
terpajang tepat di samping meja kerjaku. Haru. Sejenak mengubah keputusanku.
Tapi tidak! Aku telah memutuskan, dan aku memilih tetap berhenti. Aku bersiap
pulang.
Kalian, terima kasih
untuk waktu dan kebersamaan ini. Juga untuk memory indah yang tertanamkan. I’m
Thankful.
Aku percaya, ridho
orang tua yang utama. Dan di depan sana Tuhan telah menyiapkan satu kursi
untukku. Thanks God.
Ya Alloh, Allohumma yassir walaa tu’assir.
*Tobe Continue
_Mrs. Dy
0 komentar:
Posting Komentar