*Dua hari menjelang hari-H*
Aku tertunduk diantara kerumunan orang. Wajah
lelah karna menunggu dan mata sayu karna rasa kantuk yang mendera. Itulah yang
aku baca dari garis wajah mereka. Pun pada wajahku sendiri. Tak ada satupun letupa.
Tak ada suara lantan semangat. Tak ada
canda tawa. Semua diam. Bisu. Menikmatai detik kesunyian yang mengisi waktu
mereka.
Hanya satu yang membuat mata mereka berpaling
atau sedikit tersadar dari rasa kantuk. KERETA.
Sama halnya denganku. Aku merasa apa yang
mereka rasa. Duduk, diam, menikmati suasana. Hanya saja, aku memutuskan untuk
mmengangkat pena dan menorehkannya pada lembaran putih agar menjadi makna.
Cerita.
-Dua hari menjelang hari-H-
Rasa ini masih sama. Takut, gelisah, tak elera.
Aku berselera. Aku seperti hendak berlari dari mimpiku. Mimpi yang seharusnya
indah seperti keinginanku.
Angin yang berhembus pelan membuat kekhusu’anku
menulis kian tajam. Tak ku perdulikan deryait kursi sebelah yang kian kencang
oleh beban di atasnya. Tak perduli banyak orang berlalu lalang sembari
menatapku heran. Tak perduli suara Hp terus menggoda kosentrasiku. Yang ada di
benakku hanya satu. Menulis. Dengan ini aku merasa mampu keluar dari kehidupan
nyataku. Menciptakan hidup seperti di alam mimpiku. Meski hanya lewat sebuah
coretan tak bernyawa.
Pukul 00.00. aku meninggalkan jum’at
berkahku. Ini artinya selangkah lagi aku akan berada di dalam kereta itu. Kereta
yang akan mengantarkanku menuju alam nyata yang tak ingin ku jalani. Mampukah aku?
_Mrs. Dy
0 komentar:
Posting Komentar