Alkisah..


Kisah kita
Aku datang menjemput panggilanmu
Memastikan benar kau yang menyerukan namaku
Entah dorongan apa yang membuat aku menoleh
Aku menghampirimu...

Kau diam! Ya, kau hanya terbisu di sudut sana
Aku pun begitu
Menghampirimu dengan kebisuan yang sama
Aku enggan memulai kisah ini
Kau memilih mengakhiri
Aku meng-iya kannya

Jalan cerita ini
Sedetik, sehari, seminggu..
Aku menyesal! Entah untuk alasan apa aku meratap
“Mungkin belum Dewasa,” batinku menilai diri
Aku tergugu sendiri

Kala itu
Aku mendengar panggilanmu kambali
Kali ini lebih tegas dari yang lalu
Aku menoleh dan menghampiri seruan namaku
Benar saja! Kau berdiri di sudut sana
Menawarkan berbagai mimpi bertajuk “Kita”
Aku tertawa menyadari kobaran rasa
Aku jatuh cinta J

“Persinggahan atau Terakhir”
Menjadi pertaruhan masa depan
Kau dan aku

Dibalik Nikmat Hidup..


Suatu hari di perjalanan mengantar Adik ke sekolah...

“Mba, apa itu hidup dan nikmat hidup?,” tanyanya dengan wajah polos. Maklum saja, gadis yang duduk santai di jok belakang motor yang dikendarai saya ini baru berumur 10 tahun. Awalnya saya kikuk mendengar pertanyaan asal itu. Sedikit kagum juga atas pertanyaannya.  

“Hidup itu saat kita masih bisa bernafas, sedangkan nikmat hidup adalah saat kita masih diberi kesehatan” jawab saya ringan. Terlihat di kaca spion dia mengangguk pelan. Entah mengerti atau ragu dengan jawaban saya. Dia tampak berfikir. Saya tersenyum dan melanjutkan kalimat tadi. “Ketika kita masih bisa bernafas dan diberi kesehatan bukankah kita bisa melakukan apapun? Kita masih bisa makan dan minum, masih bisa belajar dan yang lebih penting masih bisa beribadah kepada Tuhan,” imbuh saya. Lagi-lagi dia mengangguk.

“Cuma itu mba?,” tanyanya lagi. Kali ini dia terlihat menerka-nerka sambil memandang ke arah cakrawala. Saya mengangguk.

“Dengan beribadah, hidup yang kita jalani akan terasa lebih bermakna. Karena Tuhan menciptakan kita untuk beribadah, bukan hanya bermain,” saya menekankan kalimat terakhir saya. Entah gadis kecil di balik punggung saya mengerti atau tidak. Dia terlihat masih canggung dengan jawaban saya. “Begini saja sayang, bayangkan kalau kehidupan itu seperti secangkir gelas kosong, kemudian gelas kosong itu dituang dengan air. Air itulah nikmat hidup. Apapun bentuk air itu, itulah nikmat hidup yang kita maknai sendiri,” saya sedikit menggunakan bahasa yang mudah dia mengerti. Dia tampak lebih sumringah sekarang.

“Terus, air itu di apakan lagi Mba?,”

“Emmmmmm.. Itulah tahapan hidup yang selanjutnya. Setelah kita diberi nafas oleh Tuhan, kita di beri nikmat berupa kesehatan, yang harus kita lakukan adalah mensyukurinya,” Saya sedikit memperlambat laju motor saya. Jam di tangan masih menunjukkan pukul 06.30, jadi saya agak santai. Lagian, gadis kecil ini nampaknya masih butuh klarifikasi tentang filosofi saya. Terbukti dia kembali bertanya.

“Apa hubungannya bersyukur dengan secangkir gelas kosong tadi Mba?,”

“Cerdas kamu Dek!,” seru saya. “Tadi kita sudah sampai pada air yang tertuang di gelas kosong itu kan? Nah, sekarang apa yang tertuang di gelas kosong itu adalah cara kita mensyukuri kehidupan,” papar saya sedikit lebih bersemangat. Dia masih saja hanya mengangguk ringan. “Adek pasti seringkan buat minuman? Entah itu susu, teh, kopi atau malah hanya air putih”. Dia tampak meng-iyakan. “Sama dengan kehidupan, Dek. Air yang dituang dalam gelas kosong itulah yang disebut nikmat hidup, ada yang berbentuk air susu, air teh, kopi atau hanya sekedar air putih,” jelas saya. “Dari situlah kita belajar bersyukur. Untuk apa? Untuk mensyukuri apapun air yang tertuang dalam gelas itu. mensyukuri apapun yang terjadi di kehidupan kita”. Tutup saya dengan anggukan. Jujur saja, filosofi itu spontan saya utarakan. Jadi saya manggut-manggut sendiri ikut meng-iyakan kalimat saya.

“Benar begitu Mba?,” tanyanya memastikan. Saya mengangguk mantap.

“Iya,” tegas saya. Dia nampak mengembangkan senyumnya dengan wajah berbinar.

“Besok mau aku pakai untuk tugas sekolah ya Mba, lumayan dapet satu pencerahan. Soalnya susah sih. Makasih Mba,” dia mengeratkan peganggannya di pinggang saya. Dan motor saya berhenti di depan sekolahnya. Dia mengecup punggung tangan saya sambil berlari riang ke dalam sekolah.

'Dia tetap anak kecil,’ gumam saya sambil berbalik arah untuk pulang.

Getir!

Tuhan, beri aku satu pelukan.. 
Sebentar saja.. Untuk ku hapus luka dengan tawa..


Malam ini, ku ukir kesedihan lewat pena.
Dia menari dengan lincah di atas kertas putih.
Terangkai jelas,
Tergambar dengan sempurna,
Terbingkai kelam dalam sketsa yang kubuat sendiri.
Tentang Rindu..

Aku berbisik lirih diantara bising dan ragu.
Memanggilmu..  Memanggil namamu.
Taukah kau?
Aku ingin mengeluh,
Aku ingin mengaduh,
Aku ingin bersandar,
Namun hanya bisa menghindar.

“Sayang, sedang apa kau disana? Apa hari ini indah? Apa ada masalah?,”
Ku ketik sebaris kalimat dalam pesan singkat yang kutujukan atas namamu.
Sedetik kemudian.. Ah aku takut mengganggumu!!
Lantas ku hapus kalimat itu dan ku letakkan kembali telphone genggamku.

Aku meraba kegetiran dalam jiwa.
Tolong hapus aku! Tolong lepas aku! Tolong angkat getir ini dalam letihku!
Tuhan, rengkuh aku Tuhan.
Aku ingin tetap bertahan dalam diam.
Jangan biarkan rindu ini terus mengalun dan membunuhku perlahan.
Izinkan aku tenang, beri sedikit kelapangan, peluk aku Tuhan..
Hingga nanti dapat ku putuskan,
Untuk bertahan atau menghilang..

_Mrs. Dy

Barokalloh ^_^


Pagi ini, aku terbangun dari tidur yang setengah-setengah. Entah untuk ke berapa kalinya aku kembali terjaga. Hingga ku lirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Cepat-cepat aku terbangun dan mengambil air wudhu, tenggelam dalam pelukan Tuhan. Dernyit handphoneku berbunyi bersamaan dengan doa yang selesai ku panjatkan. Ku buka pesan singkat itu. Mamma.

Pagi ini, serasa lebih indah dari pagi-pagi biasanya. Aku mendapat kabar tak terduga dari beliau. Rasa haru, bahagia namun juga sedih menyatu seketika dalam bauran emosiku. Aku kembali bersujud, lebih lama hingga fajar mengetuk kesadaranku. “Mbak mu mau menikah bulan depan fie, tolong dibantu ya.. Mam belum bisa pulang,” aku kembali membaca pesan singkat Mama.

“Subhanalloh...” mulut ini tak dapat mengucap kata. Hanya air mata yang mengalir tanpa jeda. Alloh, muliakanlah kehidupannya, rumah tangganya dan keluarga kecilnya nanti. Alloh, aku akan mendukung sepenuhnya. Teman mainku, orang yang selalu mengalah untukku, kakak ku. Sungguh aku mohon muliakan kehidupannya. Alloh, aku benar-benar menyayanginya.. :”(

Mentari menyambut pagiku yang hangat. Ku tulis pesan singkat untuk kakak tersayang. “Barokalloh mba, semoga diberi kelancaran. Fie siap bantu dan akan bantu mempersiapkan”. Bukankah harusnya aku bahagia? Tapi mengapa air mata ini terus mengalir? Mengapa seperti ini. Aku bahkan takut kehilangan sosoknya. Kakak ku, dia yang terlalu menyayangiku. Dia bahkan bukan lagi seorang gadis cantik. Dia telah tumbuh menjadi wanita yang luar biasa. Alloh, aku bahkan baru menyadarinya!!

Selamat menempuh hidup baru Mba, doaku menyertai setiap langkahmu. Dan akan ku sebut namamu dalam setiap sujud panjangku. May Alloh Bless u Sist!!

Sepucuk Surat yang Tak kan Usang


Assalmualaikum Wr. Wb.      

Teruntuk calon mertua yang terkasih,

Kiranya putra kalian sudah memberitahu keberadaan ananda di dalam kehidupannya. Tapi, kali ini ananda ingin menyampaikan secara langsung siapa dan bagaimana ananda. Ananda tak ingin, kalian kecewa dengan status yang mungkin tak sama diceritakan oleh putra kalian. Ananda hanya ingin menyampaikan kejujuran. Inilah ananda, yang insyaalloh akan menjadi calon menantu kalian.

Ayah Bunda yang terhormat, ananda hanyalah seorang gadis kecil yang lahir dari keluarga yang tak lengkap. Keluarga ananda bercerai sejak ananda masih sangat belia. Entah atas alasan apa, beberapa versi ananda dapat dari sumber yang berbeda pula. Ananda besar dengan seorang nenek yang kerap ananda sapa ibu. Beliaulah yang membesarkan ananda, menjadi guru ananda, mengajarkan ananda kasih sayang dan memberikan sepercik ajaran moral dan agama di kehidupan ananda.  Ananda tak hidup dengan Mamah ananda. Bukan apa-apa, hanya saja beban hidup Mama pasti akan lebih berat mengingat ananda terdiri dari tiga bersaudara. Ananda sendiri merupakan anak nomor dua.

Bunda yang tersayang, maafkan ananda telah membuat putra yang Bunda lahirkan mencintai sosok ananda. Ananda yang serba terbatas. Ananda yang tak memiliki apapun untuk dibanggakan. Ananda yang memiliki banyak kekurangan. Maafkan ananda.

Ayah yang bijaksana, jika memang Ayah tak ridho putra Ayah bersanding dengan ananda, ananda akan coba melapangkan hati. Ananda akan melepaskannya, yah. Bukan berarti ananda tak berniat serius dengan putra Ayah. Namun, ananda sangat menghargai keputusan Ayah. Ayah pasti menginginkan putra yang Ayah banggakan sedari kecil selalu mendapat yang terbaik dalam hidupnya. Putra yang sejak kecil Ayah didik dan Ayah ajarkan banyak hal, mendapatkan pasangan hidup yang sesuai dengan statusnya. Ananda sangat menghargai Ayah. Itu saja.

Ayah dan Bunda terkasih, sejak kecil ananda terbiasa hidup susah. Bukan soal materi, namun tentang status sosial keluarga ananda. Ananda terbiasa menelan pahit getir kehidupan. Mungkin akan berbeda dengan putra kalian. Mama ananda bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita di berbagai Negara, seperti Malaysia dan Taiwan. Itu semua, agar Mama dapat menopang kehidupan kami. Karena, meski ananda dibesarkan oleh Ibu, namun biaya hidup dan pendidikan ananda sedari kecil tetap dipenuhi oleh Mama. Ananda tak pernah malu memiliki wanita super seperti Mama, meski tak jarang ananda mendapat cemoohan dari teman-teman tentang status Mama. Siapa yang perduli, bagi ananda asalkan itu halal itu tetap rezeki dari Tuhan.

Kali ini, Ayah dan Bunda pasti bertanya-tanya dimana Ayah ananda?. Ayah yang ananda panggil Papa bekerja di Dinas Sosial di daerahnya. Beliau orang yang sangat penyayang, hanya saja mungkin Papa dulu khilaf sehingga bercerai dengan Mama. Itu yang ananda simpulkan dari penuturan orang-orang tentang perceraian Mama dan Papa. Ananda takut ananda hanya akan berprasangka buruk jika meng-amini salah satu cerita mereka. Semenjak bercerai, Papa tak lagi mengunjungi kami. Papa menghilang dan membuat kami kehilangan sosok ayah dalam hidup kami. Tapi lagi-lagi ananda bersyukur, karena kepergian Papa ananda belajar untuk tegar dan dewasa. Dari kabar yang ananda dapat, Papa memiliki nasib yang cukup beruntung, dan kini sudah memiliki keluarga baru dengan dua orang putrinya. Ananda ikut senang dengan berita itu. Meski ananda tak pernah mendengar secara langsung dari mulutnya. Hanya sekelumit informasi yang ananda dapat dari social media. Tak masalah, bagi ananda yang terpenting Beliau masih hidup dan berbahagia dengan kehidupannya.

Ayah dan Bunda, demikian seberkas kisah yang dapat ananda sampaikan. Sekarang, sudikah kiranya kalian menerima ananda yang tak sempurna ini? Pantaskah ananda bersanding dengan putra kalian? Karena jujur, ananda masih merasa tak pantas untuk itu. Ananda belum memiliki apapun untuk kalian banggakan.

Jika memang Ayah dan Bunda tak berkenan, izinkan ananda mengundurkan diri untuk menjadi calon istri putra kalian. Meski di palung hati ananda sangat mencintai putra kalian. Namun cinta ananda untuk sang maha pencipta cinta akan ananda pupuk lebih dalam, agar ananda tak pernah gentar kehilangan cinta-cinta yang fana. Sampai ananda benar-benar menemukan cinta yang pantas bersanding dengan ananda yang penuh kekurangan ini. Ananda rela Ayah, Bunda. Ananda akan tetap berdoa untuk kebahagiaan putra kalian. Dan ananda akan pergi dengan baik-baik. Percayalah, ananda bukan wanita pendendam yang ingin memutuskan tali silaturrahmi dengan kalian.

Ananda mohon diri. Semoga perkenalan singkat ini bisa menjadi bahan pertimbangan ke depannya. Mohon maaf hanya lewat sepucuk surat yang tak kan usang ini ananda bercerita. Terimakasih Ayah dan Bunda sudah berkenan membacanya.Hormat ananda.

Wasslamualaikum Wr. Wb. 

Just Share...

Faktanya mungkin harus lebih belajar lagi untuk memahami kehidupan.. Yappp, karena nggak semua hal bisa berjalan sesuai sekenario yang telah kita buat. Nggak semua hal berawal dan berakhir sesuai kehendak. Seperti kisah ini...

Tentang aku, ya ini aku yang sedang dilanda rindu.. Mungkin terdengar lucu ketika aku berubah menjadi pribadi yang sendu, aku menjadi sosok lain yang terlalu membutuhkan asupan energi dari kehadirannya. Aneh!! Aku sendiri sama sekali tak menginginkan untuk berubah seperti ini. Tapi sekali lagi ini fakta. Aku kehilangan kendali atas tubuh dan perasaanku sendiri. Hiikss Hikkss

Berawal dari kesiapannya memenuhi semua egoku. Sebuah ego yang sama sekali tak pernah aku rencanakan. "Mengenalku dari orang-orang sekitarku". Dia bertemu keluarga dekatku, teman-teman sejawatku, dan orang-orang terdekatku. Begitulah caraku memperkenalkan hidup dan kepribadianku. Karna jika diruntut lebih dalam, bukan kita yang bisa menilai diri kita namun orang lain. Orang-orang di sekitar kita yang banyak berkomunikasi dengan kita. Sekali lagi, ini fakta. Aku merasa menjadi pribadi terhambar di Dunia. Apa dia bisa bertahan lebih lama mengenalku?

Senja, begitu aku menyambutnya. Karna senja hanya datang pada waktu yang amat singkat. Namun bermakna. Dia akan hadir setiap hari, meski tak setiap waktu dapat ku nikmati rona jingganya. Senja, itu mengapa aku begitu menyukainya. 

Dan kini, setiap hari aku akan menghabiskan waktu soreku di dalam Perpustakaan kampus. Jangan dikira aku seorang kutu buku yang dengan tekun melahap seluruh isi buku" disana. BUKAN. Aku berjalan menuju lantai teratas Perpustakaan dengan membawa buku catatan dan laptop greeny kesayanganku. Menunggu senja di ufuk barat sambil membuat draft singkat berupa artikel maupun kisah-kisah fiksi. I'm a Journalist. Saat hari mulai petang, aku baru memutuskan untuk kembali ke rumah. Begitulah hari-hariku kini. Karena Senja, Aku belajar mencintainya..

Hari berlalu, aku mulai berfikir ini benar-benar berat dijalani. Aktifitasku, kesibukannya, keterbatasan, jarak, komunikasi, ego hati, semuanya menjadi rentetan tajam yang menjadi satu muara bernama "Rindu" meski akhirnya tak pernah bisa tersampaikan. Entahlah, aku memilih diam dan belajar lebih mengerti keadaan. Dan baru pertama kali aku melakukan ini. Mungkin tekadku atas cinta yang sederhana benar-benar aku terapkan. Belajar untuk menekan perasaan yang kadang menggebu atas rindu di dalam kalbu. Belajar untuk bersikap biasa saat rasa khawatir menyesap halus di dinding fikiranku. Belajar dan terus belajar lagi. Sampai masanya aku bisa memiliki perasaan ini seutuhnya. Aku akan belajar menguatkan hati dan menajamkan perasaan. Untuk lebih mengerti, memahami dan menjadi Dewasa di sampingnya.. 

_Mrs. Dy

"Aluna Malam"



“Melankolis”. Satu kata yang tepat untuk menggambarkan kisah malam ini.
Kepada insan yang saling menambatkan perasaannya dalam doa. Belajar menyederhanakan cinta dalam balutan niat yang suci. Masa Depan. Karena bukan hanya sebuah ikatan cinta biasa yang mereka inginkan, namun lebih dari itu. Pernikahan. Menjadi satu tujuan pasti yang mulai direncanakan. Yaa, manusia memang ahlinya berencana, sedang Tuhan yang maha penentu segalanya. Rizki, Jodoh dan Kematian. Menjadi misteri dalam rentang waktu yang tak pasti. Namun, mereka percaya “Setiap niat yang baik akan menuai hal yang baik”.
Malam ini, mereka saling melempar syair. Bukan maksud untuk romantis, namun dari situ mereka belajar jujur dengan perasaannya masing-masing. Rasa yang menggambarkan kebahagiaan dalam tabir cinta yang mereka semaikan. Sederhana. Bukan keindahan setiap bait yang dicarinya. Namun dibalik itu, ada usaha, ketulusan, kejujuran dan euforia rasa yang bersahaja. SEDERHANA.

Waktupun telah tiba,
Berikan pandangan lirih
Terkenangku dibuatnya
Dalam derap tawa dan kehangatan
Satukan makna dalam hati

Kau yang dihati
Kembalikan harapan itu
Mengikis suatu perhatian
Tertambat dalam hati

Ini bukan akhir penantian
Inilah makna yang sesungguhnya
Sekian lembaran ini
Dalam indahnya kasih suci
Sebuah ikatan nyata
Terpatri di sanubari...

Wahai kasih,
Kusandarkan hati ini kepadamu
Kisah yang ku mulai bersamamu
Memulai asa dalam harap untuk hidup dalam pelukmu
Hingga nanti di ujung waktu...
(Mr. Ky)
---
Kamu...!!
Kau tau?
Mata ini terlalu lelah tuk menatap
Telinga ini terlalu jengah tuk mendengar
Hati ini terlalu payah tuk mencari, merasa dan mencintai..
Apa kau tau?
Sejauh aku menatap padang ilalang
Disana angin berhembus berbisik akan namamu
Sejauh kaki melangkah di tengah gurun yang gersang
Pikiranku bertumpu hanya pada satu nafas... itu nafasmu
Setegar hati ini menetapkan hati
Keyakinanku kembali tertaut pada hatimu

Apa kau tau?
Aku tak pernah merasa serapuh ini,
Aku selalu berupaya tegar menjadi seorang Dewi
Selalu menjadi Lilin ditengah gulita sekeliling
Tapi bersamamu,
Aku lemah...
Aku hanya ingin menyandarkan hidupku dibahumu
Mencoba mengikrarkan hati yang tertuang atas keraguan yang masih meraja di palung hati
Aku ingin bernafas dengan cinta yang kau berikan
Aku ingin melihat dengan mata indahmu
Berjalan dengan langkah tegapmu
Tersenyum lewat bibir tipismu
Dan mendengar dengan kedua telingamu

Apa kau tau?
Aku ingin percaya bahwa kau dan aku adalah satu
Satu cinta, satu hati, dan satu tujuan..
Sampai nanti

Kamu,
Hanya satu ku mau kau tau..
“aku mencintaimu, menyayangimu, menghormatimu”
Dan biarkan aku melakukannya dengan caraku sendiri
Sampai tiba masanya nanti
Ku miliki jiwa ragamu seutuhnya...

(Mrs. Dy)


Begitulah, mereka belajar untuk menajamkan hati dan perasaan keduanya. Mencintai dengan cara yang mereka bisa. Simple aja!!

Senja & Doa


"Karena Senja, Aku belajar Mencintainya"

Aku selalu berharap 
Menghabiskan senja bersamamu
Menggenggam jemarimu ditanganku
Menenggelamkan kepalaku dalam pelukmu
Merasakan aroma tubuhmu di dekatku
Saat senja memayungi kita dengan  jingganya di angkasa...




Senja, 
Aku bilang senja itu indah
Di bawah senja kau dapat melihat seseorang tampak lebih indah dari biasanya
Senja,
Aku bilang aku suka senja
Di bawah senja kau dapat melihat rona jingga berombak di angkasa
Senja....

Ah, aku rindu..
Rindu menatap lekat matamu di bawah senja itu
Merasakan denyut nadimu di dekatku
Di bawah senja..
Aku ingin menikmati sisa hariku dengan senja mu
Melewati jingga yang membawa malam menjemput kita
Senja itu, Senja ku dan Senja mu

Mungkinkah kita akan selalu melewati senja yang sama?
Aku harap begitu...!!
Karena senja bukan berarti perpisahan
Senja yang mempertemukan hati kita
Dan mengakhiri sore kita
Senja kita..
Di bawah senja aku selalu berdoa
Kita dapat menatap senja pada langit dan awan yang sama,
Hingga nanti, hingga senja tak dapat kita rasa..

up