Jika kita sedang mengalami kesulitan hidup
karena terhimpit beban materi, belajarlah dari seekor burung. Apa yang bisa
kita pelajari dari seekor burung? Yuk di simak ...
Setiap pagi seekor burung keluar dari
sarangnya untuk mencari makan. Ia sama sekali tidak memiliki tujuan ke mana dan
di mana ia harus mendapat makanan. Karenanya, tak jarang ia pulang dengan
tangan hampa. Ia tak dapat membawa makanan untuk dirinya sendiri dan
keluarganya. Namun, terkadang ia bisa pulang dengan perut kenyang dengan
membawa makanan untuk keluarganya juga. Ia bahkan terbiasa ‘puasa’ karena
makanan yang ia peroleh hanya cukup untuk keluarganya.
Seekor burung sering kekurangan dan
kelaparan karena ia tidak memiliki ‘kantor’ yang tetap. Sedangkan, lahan tempat
ia mencari makan telah banyak di serobot dan di rusak manusia. Tapi lihatlah!
Seekor burung tidak pernah mencoba bunuh diri. Ia tidak pernah dengan sengaja
terbang menukik dari ketinggian dan membenturkan kepalanya ke batu cadas. Ia
tidak pernah menenggelamkan diri ke dalam sungai. Ia juga tidak pernah dengan
sengaja menabrakkan diri ke arah mobil yang sedang melaju di jalanan. Seekor
burung selalu optimis dan yakin akan rezeki yang Tuhan janjikan.
Meski sedang kekurangan dan kelaparan,
seekor burung tetap berkicau merdu dan menyambut hari dengan riangnya. Ia
tampak menyadari siklus kehidupan. Adakalanya ia berada di atas, mendapat
banyak makanan dan memiliki rezeki yang lebih. Namun adakalanya juga ia berada
di bawah. Menahan lapar, dan hidup kekurangan. Hidupnya seringkali terancam
punah. Tapi ia tak pernah mengeluh. Ia tetap menjalani harinya dengan rasa
syukur.
Belajar dari seekor burung. Ini bukan soal
membandingkan kemampuan manusia dengan hewan. Karena, kita tau persis bahwa
hewan hanya memiliki naluri sedangkan manusia diberi akal untuk berpikir.
Manusia adalah mahluk Tuhan paling sempurna. Oleh karena itu, sudah seharusnya
kita mulai mentelaah seberapa optimis kita dalam menjalani hidup? Jangankan
kita yang memiliki akal sehat, seekor burung yang hanya punya naluri aja
pantang menyerah. Mengapa kita tidak?
Mari berbenah..
_Mrs. Dy
Mari berbenah..
_Mrs. Dy
0 komentar:
Posting Komentar