Job Seeker #Part X

Hiii.. Lama ga share nih. Masih soal job seeker ku. Soal ujian kemaren lupakan ya. Ada yang baru nih! :D

Masih inget ceritaku beberapa hari silam soal tawaran Unit Manajer? Tentu masih dong. Yap. Kali ini aku ingin bercerita soal itu. Ikutin ya...

Malam tadi aku dapet telpone dari perusahaan yang pernah aku ikuti proses interview nya. Yaaa, dulunya iseng aja sii. Nah, singkatnya aku bener-bener di tawarin jadi unit Manajer. Waw! Masalahnya aku juga sedang menjalani proses seleksi di salah satu perusahaan BUMN. Otomatis mau nggak mau aku harus milih. Sepenuhnya memang bener. Life is Choice!

Mau tau apa saja pertimbanganku untuk milih? Ini diaaa...

Yang pertama, PENEMPATAN. Surelly, untuk perusahaan BUMN itu aku harus siap ditempatkan di mana saja. Termasuk di luar Jawa sekalipun dan dalam waktu 3 tahun nggak boleh pindah. Sedangkan untuk posisi Unit Manajer aku pasti di tempatkan di kota yang memang menjadi target ku. Kedua, bonafide perusahaan.  Sudah pasti ya untuk perusahaan BUMN jelas lebih bagus dari pada perusahaan yang menawarkan aku jadi Unit Manajer. Meskipun, perusahaan ini anak perusahaan BUMN tapi tetep aja beda. Hehehhe. Yang ketiga di perusahaan BUMN ini masih ada 5 tahapan test. Sedangkan di perusahaan satunya aku jelas sudah di terima. Yang keempat apaan yaa... Emmmm,, kayannya Cuma itu dulu. :D

Karena sama-sama diterima dan aku tetep harus milih, akhirnya aku putuskan untuk mengundurkan diri di perusahaan BUMN dan memilih yang pasti-pasti aja. Hahahhaa

Sehari berikutnya aku berangkat ke kota Atlas dan langsung bekerja di hari itu juga. Batu loncatan. Yap, mungkin ini pijakan awal aku untuk berkarir. Jiwaku belum tertaut disini. Aku masih buta dan belum memiliki keahlian apapun. Jangankan jadi seorang marketing manajer. Jadi marketingnya aja aku sama sekali nggak ada pengalaman. :D

Kita lihat sebulan lagi yaaa... wait me ^_^

Ya Alloh, Allohumma yassir walaa tu’assir.


*Tobe Continue

_Mrs. Dy

Cerpen (part 5): Ku serahkan Cinta pada sang Pencipta Cinta

Cinta tak harus memiliki dan mencintai bukanlah menguasai.

Biarlah aku mencintai dengan caraku sendiri.

“Aku di jodohkan Ra,” ujar Prisma gamblang. Suaranya nyaris tak terdengar oleh bising yang beradu dengan hati yang bergemuruh kencang. ‘Masyaalloh...’ batin Ara tersentak. Dia tak percaya dengan ucapan lelaki di ujung telphone sana. Nafasnya tertahan, matanya mulai berkaca-kaca. Dia menatap kosong pandangan sekitar, seketika jemarinya terasa lemah, lututnya bergetar tak bertenaga. Dia terduduk lemah. Sedetik kemudian dia melempar tawa, menutupi getir dalam kidung hatinya. “Berjanjilah perasaanmu nggak akan berubah Ra,” Suara Prisma bergetar pasrah. Prisma melanjutkan ceritanya. Mencoba memberi penjelasan kepadanya.

Ara menatap rembulan yang tampak utuh malam ini. Awan tipis bergelanyut mesra diantaranya. Rembulan yang seharusnya membuat ia tersenyum dan takjub karena sempurnanya, namun tak mampu dirasakannya. ‘ Inikah alasanmu memaksaku menikah buru-buru?,’ gumamnya

Angin berhembus semilir beraturan. Sepoi-sepoi menari kecil diantara riuh pepohonan di taman kecil tempat Ara bersandar. Lampu taman yang mulai redup berpendar menemaninya dengan setia. Suasana tampak lengang. Hanya terdengar suara lirih burung hantu bercengkrama dengan kawanannya. Nyanyian jangkrik meneriakkan pujian doa-doa untuk sang malam.

“Hallo Ra?,”  Suara Prisma kembali terdengar mengagetkan. Ada beban ditengah suaranya yang lantang. “Egghm, aku akan tetap memilih kamu Ra,” tegasny. Ara menelan ludah dengan paksa. Menetralkan pikiran negatif yang mulai berlarian menantangnya. Tentang berakhirnya hubungan mereka. Tentang kepastian arah yang akan mereka tempuh. ‘Haruskah aku akhiri Tuhan?,” butiran air mulai mengkristal di pelupuk matanya. Ara mendesah keras-keras.

“Mas tidak perlu melakukan itu,” Ara mulai bersuara. “Bersikaplah seperti gelas kosong yang belum terisi apapun. Datanglah kepadanya setelah kau teguk air yang kini terisi di gelasmu. Biar dia bisa menuangkan air kedalam gelas yang sama yang telah kau siapkan,”

“Aku tak mengerti Ra,”

“Hmmm.. Jika air yang dia tuangkan lebih menyejukkan hatimu dari pada air yang telah kau teguk, maka pilihlah dia. Namun jika kau masih merasa air semula lebih menyejukkan, maka kembalilah. Aku menunggumu disini,” Ara menghela nafas panjang. Suaranya mulai parau tercekat oleh riak di hatinya. Ingin menangis. Ingin berteriak. Ingin menghujat. Tapi itu bukan cinta. Dia tergugu dalam diam.

“Tapi aku telah memilihmu Ra, jadi apa salah jika aku ingin mempertahankan kamu dan menyelamatkan hubungan kita hingga akhir?,”

“Itu sangat wajar mas, bahkan akupun menginginkan kau akan melakukannya,” Ara mencoba tersenyum. “Aku hanya tak ingin memaksakan hubungan ini jika kenyataannya orang tuamu tak Ridho atas kita. Dan yakinlah, orang tuamu menginginkan yang terbaik untuk masa depanmu”. Ara menutup kalimatnya. Pria di seberang sana masih terdiam. Entah apa difikirannya. Setidaknya mereka telah berusaha mengambil keputusan yang bijak dalam satu persoalan. Meski mungkin pada akhirnya harus ada yang tersakiti.

Malam semakin sunyi. Rembulan tertutup oleh awan sepenuhnya. Hanya menyisakan sedikit sinar yang menampilkan gemintang di sekitarnya. Doa-doa sang malam masih terpanjatkan. Hanya saja, angin seolah berhenti bernafas. Begitu tenang dan damai. Ara menikmatinya.

Berkali-kali ia memainkan jemarinya untuk membuat sketsa di cakrawala. Melukiskan mimpi dan harapan yang kini hanya termaktub dalam doa. ‘Tuhan, jika memang apa yang ku inginkan tak jadi kenyataan, maka ikhlaskan hatiku untuk menerimanya. Karena, sepenuhnya aku meyakini apa yang Kau gariskan akan lebih indah dari sekedar pengharapan’.

“Besok aku berangkat Ra, aku pastikan akan aku kosongkan gelas ini. Namun aku juga memastikan untuk pulang kepadamu. Dan bukankah lelaki memilih bukan dipilih? Aku sayang kamu Ra,” Prisma menutup telephonnya bersamaan dengan seulas senyum yang mengembang di bibir Ara.


“Aku tau mas,” Ujarnya menutup malam.

Siklus Hidup !!

Aku meraba waktu. Menikmati setiap detiknya. Tik Tok Tik Tok. Sudah menjadi bagian dari kehidupanku. Menjalani, Menikmati, Mensyukuri. Sederhana. Dua puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam seminggu, tigapuluh hari dalam sebulan dan dua belas bulan dalam setahun. Setiap waktu membentuk kepingan kisah yang terekam dalam dernyit kehidupan.

Rasanya baru kemarin aku terlahir. Menjadi bayi mungil yang menjadi harapan baru keluarga. Seorang bayi perempuan yang lemah, namun dicintai banyak orang. Tak lama kemudian aku tumbuh, merangkak, berjalan, berlari, dan mulai bermain. Bayi mungil berubah menjadi balita yang menggemaskan. Ukuran tubuh yang bulat dan berisi membuat pipiku di incar banyak orang.

Aku pun beranjak besar. Mengenal pendidikan Taman Kanak-kanak. Belajar lebih banyak ilmu. Menggunting, melipat, menempel, menggambar. Tak ada hari tanpa keceriaan dan kebahagiaan. Begitu pula saat memasuki bangku Sekolah Dasar. Aku semakin pintar. Belajar huruf, angka, tanda, dan ditanamkan rasa cinta pada Negara.

Tak berapa lama, sang waktu membawaku tumbuh remaja. Mengajarkanku lebih dan lebih. Tak hanya soal pendidikan namun perasaan. Cinta, kesedihan, kasih sayang, amarah, kerinduan dan kebersamaan. Aku mulai mengolah rasa dalam kata yang orang menyebutnya masa “pubersitas”. Belajar take and give, love and to be loved, and be a dreamer.

Waktu malaju. Ku tinggalkan masa remajaku dengan suka cita. Baju putih biru berubah putih abu-abu. Aku telah Dewasa!

Tumbuh menjadi gadis sederhana, manja dan hommy. Memiliki banyak teman, menjadi kotak sampah unek-unek teman, dan seorang anak dan cucu kebanggaan keluarga. Yap, aku memang berbeda. Lebih tepatnya aneh (freak) dengan sifatku yang lebih suka nongkrongin rumah dari pada nongkrongin kafe seperti teman sebayaku. Bahkan, untuk belajar kelompok pun selalu rumahku yang mereka kunjungi. Aku tumbuh menjadi gadis super ceria, collorful, namun suka menyendiri. Aku sangat pandai menyimpan masalah dan keluh kesah. Setelah dipikir-pikir, masa putih abu-abu bukan masaku tumbuh dewasa. Kenyataannya, aku masih gadis manja dan cengeng yang selalu mendapat perhatian penuh keluarga.

Good bye putih abu-abu!! Aku mahasiswi sekarang!!!

Betapa bahagianya menyandang status baru sebagai mahasiswi tingkat awal. Kenapa? Karena aku bisa memakai baju bebas setiap hari, nggak harus bangun pagi (lebih tepatnya dibangunin jam weker), nggak harus belajar penuh waktu, nggak ada upacara bendera, dan satu yang terpenting aku belajar MANDIRI wwooooyyy!! Aku jadi anak kost an sekarang!! Horeeeeeeeeeee :D

Tapi, dugaanku salah. Menginjak awal kuliah aku tak mendapat izin untuk kost, namun tinggal dengan keluarga di sini. (tepok jidad). Alasannya beragam. Dari mulai aku yang belum pandai mencuci baju sendiri, takut aku nggak bisa makan sendiri, dan parahnya takut aku lari ke pergaulan bebas. Well, alasan yang cukup bikin mulutku bungkam untuk menyangkal. Alhasil aku ikut keluarga selama dua semester. Dan aku belum juga DEWASA.

Tik Tok Tik Tok... Waktu tak pernah berhenti berputar. Dan aku harus memilih satu keputusan. Untuk terus dimanjakan atau belajar hidup mandiri. Aku memilih pindah ke kost-an. Merasakan nikmatnya kelaparan, kebingungan, dan kehampaan di bulan-bulan pertama. Tapi aku tak mengeluh. Seolah menikmati bahkan menceritakan dengan bahagia hal-hal yang omong kosong pada mereka. Berbohong untuk kebaikan dan masa depan itu wajar. Hehe

Kata Dewasa itu benar-benar ada. Aku merasakannya. Dimana aku tak lagi menyesal atas apa yang aku putuskan. Mencuci baju sendiri, belajar memasak, berinteraksi dengan dunia sosial, dan lebih awasome nya lagi aku belajar jatuh cinta! Aku sudah Dewasa! Look at me!! :D

Kini aku merasa telah matang. Kebebasan telah sempurna ku rasakan. Bersyukur karena aku selalu berada di zona aman dan jalan yang lurus. Akankah aku mengakhiri kebebasan ini dengan ikatan pernikahan? Pasti! Umurku semakin melesat. Aku tak lagi muda belia. Aku belajar merangkai masa depan. Apa yang harus aku gapai dan mana yang harus ku dahulukan. Cinta, keluarga dan pekerjaan. Tiga hal yang sama-sama penting di hidupku.

Waktu melaju. Aku telah bekerja. Betapa senangnya ketika gaji pertama ku simpan sebagai persembahan kepada orang tua. Senyum mereka merekah, merona penuh kebanggaan. Aku bahagia bisa membantu kehidupan mereka. Meringankan biaya sekolah adek dan membantu kakak membuka usaha baru. Mereka denyut nadiku.

Aku telah mampu meng-cover semuanya. Sudah saatnya aku putuskan untuk menikah.  Menjadi ratu semalam di pelaminan. Menjadi makmum untuk imam yang telah sabar menungguku dan mendampingiku dari awal. Aku menerima pinangannya. Dan kini aku siap mendampingi sisa hidupnya. Menjadi seorang istri yang menghormati suami serta seorang ibu idola anak anakku. Aku merasa cukup dengan hidupku saat ini. Bersamanya dan bersama buah hatiku.

Masa menelan usiaku. Rambutku yang hitam lebat mulai memutih dan semakin tipis. Kulitku yang kencang terlihat sedikit koyah oleh zaman.

Menikmati sisa umur dengan mengabdi pada suami yang masih selalu sabar membimbingku. Anak-anakku telah tumbuh dewasa. Anak-anak yang dulu selalu membuat gaduh di dalam rumah kini telah hidup masing-masing. Si bungsu telah di pinang lelaki pujaan hatinya. Sedang si sulung, telah memiliki dua putra. Mereka cucuku.

Aku termenung melihat lelaki di sampingku. Seperti biasa, ku genggam erat jemari tangannya. Dia menatapku hangat. Seulas senyum terpancar di wajahnya. Kita menghabiskan hari bersama. Di bawah senja aku menyadari. Siklus hidup yang ku jalani tak berbeda dengan hari.

Usiaku telah senja. Apa yang akan terjadi? Senja akan berganti dengan malam. Dan pagi akan kembali menghangatkan. Aku harap seperti itu. Jika aku tiada nanti senyum anak cucuku akan menggantikan kehangatan yang dulu pernah ku rasakan. Anak-anak yang taat beribadah, membanggakan, dan selalu mengingat kematian. Karena Siklus Hidup seperti waktu yang berlari. Ia tak akan pernah kembali.  

Percayalah, hidup tak ubah seperti hari yang kita lewati. Begitu cepat dan singkat. 
Tak bisa diterka, tak bisa di rencanakan. Tuhan telah mengatur segalanya.
Dan yakinlah, itu yang terbaik untuk kita. Keluarga kita. Masa depan kita.

Tuhan maha tau apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan.

_Mrs. Dy

Life is Collorful...

Apa yang kamu lakukan ketika kamu jenuh atau bad mood ? Pasti jawabannya beragam deh. Ada yang menghabiskan waktu telponan sama pacar, hangout bareng temen, atau traveling sambil teriak-teriak di jalanan (lebay yaaa) :D

Yap, itulah manusia. Memiliki hobi yang berbeda sesuai kesenangannya masing-masing. Ada yang suka ngadepin kejenuhan dengan pergi ramai-ramai, curhat sama pasangan, atau malah memilih diam di rumah sambil merenung atau introspeksi diri. Intinya, nggak selamanya cara yang sama bisa berlaku untuk semua orang.

Bagaimana dengan saya? Surrely berbeda juga. Satu hal yang selalu saya lakukan kalau lagi bener-bener moody adalah “menyendiri”. Kegiatan yang simple dan bisa bikin pikiran lebih rileks. Percaya nggak percaya dengan menyendiri saya jadi tau apa yang saya inginkan dan apa yang harus saya lakukan. Biasanya saya memilih untuk menulis atau sekedar berkreasi dengan membuat lipatan-lipatan dari kertas origami.

Menulis, menulis, dan menulis.

Orang bilang menulis justru merupakan kegiatan yang bisa membuat semakin jenuh. Benarkah? Maybe.. Lagi-lagi semua kembali ke pribadi masing-masing orang. Yap, saya akui persepsi itu tidak sepenuhnya salah. Tak jarang juga jika kehabisan ide tentang apa yang akan ditulis akan semakin memperburuk mood kita. So, saya tak akan tinggal diam dengan perasaan konyol semacam itu. Saya menulis apa saja yang ada di otak saya. Saya berusaha mengambil setiap ide yang berkelebatan di pikiran. All is well. Semua masalah bisa diatasi dan Tuhan ga akan memberi cobaan diluar batas kemampuan kita (Nahlo, jadi ga nyambung!) :D

Intinya, memang ada kalanya menulis justru semakin membuat moody karena terbatasnya ide di kepala. But, kalau kita niatkan untuk terus belajar pasti lama kelamaan seolah otak kita berpindah ke jemari. Jadi kita nggak perlu bingung apa yang mau ditulis. Jemari yang berbicara. Jemari yang menari dengan lincahnya diatas tuts demi tuts yang berjejer rapi. Karena menulis adalah seni. Menulis adalah prestasi dan menulis adalah hobi. Pada akhirnya saya sadar, kunci dari menulis adalah “try, try and try again”. Itu yang membuat saya menyalurkan hobi menulis saat jenuh atau mood saya naik turun.

Tentang ‘Buku’ dan hobi membaca

Saya mencintai buku. Gemar membaca dan mengkaji apa saja yang saya baca. Dunia politik, fiksi, non fiksi, hingga seputar pendidikan dan ilmu terapan.

Saya bisa menghabiskan waktu 1 jam untuk melalap habis buku yang saya baca. Waktu 3 jam tidak cukup untuk saya nongkrong di book store. Entahlah. Kecintaan saya pada buku terlahir sejak kapan. Hanya saja, dari kebiasaan kecil ini saya merasa lebih percaya diri untuk tampil di depan umum atau sekedar ngobrol ngalor-ngidul dengan orang-orang disekitar saya.

Bagi saya, informasi yang saya peroleh dari membaca membuat saya tak pernah kehabisan kata untuk bertukar pikir dengan sesama.

Kemudahan dalam memulai pembicaraan juga saya rasakan dari hobi saya membaca. Tentunya, saya sesuaikan dengan siapa saya bicara. Jadi informasi yang saya sampaikan tidak misscommunications hanya gara-gara lawan bicara saya. hehe

Origami...

Satu lagi kebiasaan saya saat jenuh. Bikin kreasi dari kertas origami. Pasti semua tau kan kertas origami? Kertas dengan ukuran persegi yang warna-warni dan bisa di bentuk semau kita. Right! Mau bentuk bunga, burung, kotak, love, bahkan bentuk-bentuk unik yang bisa kita kreasikan sendiri dan cocok untuk hiasan rumah.

Saya mulai tertarik main kreasi origami mulai SMP. Waktu itu saya inget banget masa dimana saya akan menempuh UAN dan saya baru selesai baca novel tentang origami. Dalam novel itu dikatakan kalau kita membuat 1000 burung bangau dari origami kita bisa meraih apa yang diinginkan. Kontan aja saya langsung minta ibu untuk buat 1000 burung bangau. (keliatan bego emang) :D

Dari peristiwa itulah saya mulai terbiasa bermain kertas lipat itu. Terutama kalau fikiran saya lagi kacau, stress, galau, jenuh atau semacamnya itu deh. Saya selalu bawa kertas origami kemanapun pergi. Rasanya waktu jadi sama sekali nggak terasa kalau saya asyik dengan kreasi di tangan saya. (pas banget kan kalau lagi dibuat nunggu...) ^_^

And the end, itulah beberapa hobi saya yang mungkin sama dengan kalian. Inilah hidup, nggak ada yang sama, penuh dengan perbedaan, tapi justru dari perbedaan itulah hidup kita jadi berwarna.

Life is Collorful!!

Penulis: Fie Wayah Hambali


Job Seeker #Part IX

Aku lolos...!!

Tapi... apa bisa? Sedangkan banyak yang belum aku selesaikan di sini. Maklumlah namanya belum wisuda pasti macem-macem pikirannya. Why? Karena ketika tawaran itu aku terima itu berarti aku harus melakukan pelatihan di ibu kota selama kurang lebih tiga bulan. Benar-benar waktu yang lama..

Selama itu pula aku berfikir, merenung, mencermati, meminta saran keluarga, dan terus berdoa. Nyatanya hatiku belum mantap melangkah. Aku mengabaikannya. :’(

Di hari yang sama aku membuka pengumuman hasil psikotes di sebuah BUMN dan Alhamdulillah aku lolos juga dan harus mengikuti tes tahap berikutnya di kota gudeg. :D

Masih tak berharap apapun, aku hanya berusaha berusaha dan berusaha. Dimana ada peluang disitu aku coba. Asalkan penempatannya nggak jauh-jauh dari Jawa Tengah. Hehehehhe

Entahlah, aku sendiri malas untuk jujur pada diri sendiri mengenai alasanku memilih kota Atlas sebagai tempat berkarirku. Toh, kalian tau sendiri apa alasannya. Jadi nggak perlu di ulang kan?

Lumayan lama tahapannya. Semoga di tahap berikutnya aku masih dikasih kesempatan untuk lolos dan lolos hingga tahap finish. Amin

Ya Alloh, Allohumma yassir walaa tu’assir.


*Tobe Continue

_Mrs. Dy

Merindumu Sepagi Ini ^_^

Ada kalanya aku gugup saat bertemu. Terlebih, jika terlalu lama kita terpisah. Kau di sana, aku di sini. Dengan kesibukan masing-masing. Memang, kenyataannya komunakasi yang kerap sekalipun tak merubah kerinduan ini menjadi terkikis. Sebaliknya, aku semakin merindukan adamu.

Lantas, bagaimana caraku mengobati kerinduan ini? Bagaimana aku bisa melenggang pergi dari hidupmu? Sementara, aku semakin menyadari hidupnya perasaan ini. Aku pun sepertimu, aku ingin segera meresmikan hubungan yang terjalin sesederhana ini. Karena aku mulai takut kehilanganmu. Aku membutuhkan cintamu.

Anggaplah hari itu hanyalah sebuah mimpi. Tertidur di pelukanmu, mencium aroma tubuhmu, menggenggam kuat jemari tanganmu. Sungguh! Aku tak ingin terbangun dari mimpi itu. Jadi, jangan pernah bangunkan aku! Tolong. Biar ku eja setiap kisah tentang kita. Biar ku bingkai indah mimpi itu dalam memori tak berbatas.

Jika bisa, Aku ingin selalu bersamamu. Jika Tuhan mengizinkan, aku berharap namamu yang tertulis dalam catatan jodoh di lauful mahfudz untukku. Namamu, aku ingin kau menjadi imam kehidupanku.

Maka, Biar aku tertidur kembali. Biar ku lanjutkan mimpi hari itu. Bersamamu, dan hanya denganmu. Sampai akhirnya aku harus terjaga. Dan benar-benar melihatmu nyata untukku. Seperti mimpi di hari itu.

Aku mencintaimu.

Dan setelah ini, aku akan belajar lebih banyak kata agar aku tak lagi segan untuk bicara. Diam untuk mengatakan yang aku rasa. Aku akan lebih belajar mencintai dan merindukan kebersamaan ini. Ya, mungkin dua hari ini adalah mimpi. Sebuah mimpi. Dan tetap menganggap ini hanya ilusi. Biarlah mimpi ini tertahan agar kita masih bisa terus merindukan.

Sayang, seperti pintamu dalam mimpiku. Aku akan berusaha untuk bertahan. Aku tak akan menyerah bukan hanya sampai kita melangkah di pelaminan. Namun, sampai kita tak bisa lagi saling bersua dan memandang. Bukan karena jarak melainkan kematian yang memisahkan.

“Aku merindukanmu, merindumu dan sangat merindukanmu” itu yang selalu ingin ku ucapkan saat pagi menyapa dalam diam. Hanya bisa tersenyum. Memandang cakrawala dan menyisipkan sebuah doa untuk harimu yang menyenangkan.

Dan betapa melegakan ketika kau bilang “Aku akan menyimpan rindu ini sampai suatu hari aku bisa bermimpi kembali”. Kau tau sayang, itu adalah kalimat pertama yang kau susun begitu romantis untukku.

Hari ini, aku kembali merindukanmu sepagi ini. Lihatlah! Mungkin gelas itu tak akan kosong jika kau di sini. Karena ada kamu yang memintaku menyeduh secangkir coffe menyambut hari. Kau dan Coffe. Kalian sama. Sama-sama menghangatkan pagiku yang dingin. Maka mendekatlah. Ingin ku bisikkan kata hatiku kepadamu.


“Aku bersyukur masih bisa merindukanmu sepagi ini”

_Mr. Ky & _Mrs. Dy

Would u like...

Pada kenyataannya aku masih anak kecil. Ya, kau jelas-jelas memilih gadis yang masih belum berfikir dewasa. Itu aku. Aku yang kekanak-kanakan dan hanya selalu berusaha mengimbangi mu. Tapi tetap saja tak bisa. Aku gagal.

Jadi maaf jika dihari-hari ke depan aku akan sangat bergantung padamu. Maaf juga untuk aku yang masih butuh banyak bimbingan atas sikapku. Maafkan atas kesalahan dan kesalahan yang selalu aku lakukan terhadapmu. Maaf atas khilaf dan egoku.

Jadi jangan berfikir untuk menjadi aku. Kau tau, aku tak pernah dididik untuk melakukan kesalahan. Bukan! Mungkin ibu terlalu memanjakanku sehingga tak pernah mengajariku untuk belajar dari kesalahan. Sepenuhnya kau benar. Aku tak bisa menjadi pribadi yang lebih baik jika aku tak pernah salah. Tapi kali ini aku benar-benar merasa bersalah. Maaf.

Maka, apa masih pantas aku berada di sampingmu? Sedang, susah payah langkah ini untuk berjalan di sisimu. Aku lambat! Aku tertatih untuk berpijak. Aku selalu tertinggal. Kau bahkan setengah berlari. Jadi apa pantas? Apa sudi kau terus mengalah atas egoku? Bukankah kau bilang semua punya batas? Aku, mengapa demikian lurusnya didikan untukku. Aku bahkan tak mengerti kerasnya hidup.

Kau, Trimakasih atas pelajaran yang kau berikan. Sudikah kau terus disampingku?


Marry ur Daughter - Just a Dream.. ^_^

Pertama kali denger lagu ini. Ngileeeerrrrrrr. Baru baca judul lagunya aja dah bikin pipi merona. Ini nih judul lagunya "Marry Your Daughter". Apalagi alunan suara Brian McKnight yang soft dengan pembawaan lagu sepenuh hati. Waaaaahh tambah bikin deg degan saking menghayati makna lagunya. Hahahahaa

Alkisah, lagu ini menceritakan tentang seorang lelaki yang ingin mempersunting wanita pujaan hatinya. Dia berusaha untuk mengatakan maksud hatinya kepada ayah si wanita. Sumpah deh bikin melayang!! :D

Kapan ya aku dinyanyikan lagu itu waktu dilamar.. (idiiihhh, jadi ngarep.com gini jadinya) hiihhiii 

Gini nih liriknya :

Sir, I’m a bit nervous
About being here today
Still not real sure what I’m going to say
So bare with me please
If I take up too much of your time.
See in this box is a ring for your oldest.
She’s my everything and all that I know is
It would be such a relief if I knew that we were on the same side
Cause very soon I’m hoping that I…

Can marry your daughter
And make her my wife
I want her to be the only girl that I love for the rest of my life
And give her the best of me ’til the day that I die, yeah

I’m gonna marry your princess
And make her my queen
She’ll be the most beautiful bride that I’ve ever seen
I can’t wait to smile
When she walks down the aisle
On the arm of her father
On the day that I marry your daughter

Waaaahhh, nyanyi sampai sini aja udah melayang-layang di udara. Kebanyakan mimpi nih. :D
Lanjut nyanyi yukkk......
She’s been here every step
Since the day that we met
(I’m scared to death to think of what would happen if she ever left)
So don’t you ever worry about me ever treating her bad
I’ve got most of my vows done so far
(So bring on the better or worse)
And ’til death do us part
There’s no doubt in my mind
It’s time
I’m ready to start
I swear to you with all of my heart…
The first time I saw her
I swear I knew that I’d say I do

So, untuk para kaum adam yang mau nglamar pujaan hati aku saranin pake jurus lagu ini deh. Di jamin pujaan hati kalian bakal klepek-klepek... hahahhahaa

Selesai... J

_Mrs. Dy

Job Seeker #Part VIII

Hii Guys, lama nih nggak nongol untuk sharing-sharing. Bener-bener jadi “Pengacara: Pengangguran banyak acara” aku. Haha

Aku ada cerita baru nih, perihal Job Seeker yang sedang aku jabat sekarang. Jangan bosen nunggu ceritanya ya..

Hari ini aku kembali mengikuti Walk Interview. Kali ini targetku adalah perusahaan asuransi yang katanya terbesar di Indonesia dan memiliki aset perbankan terbesar kedua nasional. Ah, entah apalah itu. yang pasti itu bukan alasan aku tertarik untuk mengikuti tes awal ini. :D

Bermula dari tangan isengku sesaat setelah mengikuti pendaftaran online di salah satu perusahaan milik negara (BUMN) mataku tertarik untuk membuka lowongan terbaru saat itu. Ada sebuah perusahaan asuransi yang membuka peluang kerja. Aku tertarik membuka tanpa membacanya. Ku tekan tombol Ctr+S untuk menyimpan halaman web tersebut. Berhubung hari sudah larut aku memutuskan untuk tertidur pulas (Eeeee, malah curhat) :D

Pagi itu, sebelum aku berakutat pada kesibukanku yang full day oleh berbagai kegiatan yang sudah aku list dan siap ku kerjakan, aku sempatkan untuk membuka web perusahaan yang semalam aku simpan. Setelah aku baca dan aku cermati, aku tertarik untuk menghubungi CP yang tertera di bawahnya. Karena Cuma iseng, aku sama sekali nggak berharap dia membalas pesanku.

Kira-kira ini yang aku tulis : “Selamat pagi pak, (perkenalan) saya tertarik untuk melamar di perusahaan bapak dengan posisi (disebutkan). Yang ingin saya tanyakan, kapan batas pendaftaran akhir?” tombol send di Hp ku mengantarkan tanda pesan terkirim. Cukup lega. Setidaknya aku sudah berusaha untuk bertanya langsung.

Tak berapa lama Hp ku berdering. Tanda pesan masuk. Aku tak mengira pesanku mendapat respon positif. Malahan, beberapa detik berikutnya aku mendapat panggilan by Phone yang intinya besok aku harus mengikuti tes awal yakni Walk Interview di kota Atlas. Tanpa babibu aku meng-iyakan panggilan itu dan meng-cancel semua jadwal janjiku dengan rekan-rekan. Sore itu juga aku meluncur dari kota pendidikan ke kota atlas. Akupun tak tau. Adrenalin dan semangat baru mulai menguat lagi. Ah, lagi-lagi sosoknya berkelabat di kepalaku. Yap, niatku memang ingin lebih dekat dengan calon pendamping hidupku (Aiih, ke PD an nih aku) :D

Malam pukul 21.00 aku sampai di kota Atlas. Berhubung hujan rintik mulai terasa deras, aku memutuskan memesan Taxi untuk sampai ke rumah Pakdhe. Sampai di rumah seperti biasa aku disambut hangat oleh keluarga. Setelah puas mengobrol ke sana ke mari aku memutuskan untuk istirahat lebih cepat.

Pagi ini setelah berdoa dan bermunajad aku bersiap untuk berangkat interview. Ku poles ringan wajahku agar terlihat lebih segar. Dan memilih pakaian yang sesuai dengan warna Brand perusahaan. Dengan sepatu berhak aku siap untuk meluncur ke perusahaan itu.

Aku terperanjat ketika melihat list yang diletakkan di meja resepsionis (namaku tidak tercantum disana). Waduuuuhhhhhhh. Aku berusaha menjelaskan kronologi aku masuk di perusahaan itu. dan aku bersyukur karena resepsionis itu begitu ramah dan mengizinkan aku menjadi penyelundup tanpa harus mengikuti seleksi administrasi awal. Hahahaha

Ada sekitar 30 orang yang terpanggil. Satu demi satu nama terpanggil. Namaku jelas di panggil akhir. Huhhuu. Pukul 11.30. namaku terpanggil juga..:D

Aku memasuki ruangan berbentuk persegi panjang itu. dengan perasaan yang tertata dan kemantapan hati aku melangkah ke dalam ruangan itu. ada tiga orang interviewer yang siap untuk menghabisiku (lebay....). dengan senyum setulus hati aku menjabat tangan satu persatu interviewer itu. Mereka menyambut ramah.
Setelah memperkenalkan diri aku mulai menjawab pertanyaan demi pertanyaan interviewer. So far, no problem. Dengan mantap aku bisa menyelesaikan interview selama hampir 1 jam (padahal yang lain cuma 10 menit -_-). Josssssssss!
Dan yang lebih mengherankan, aku malah ditawarin bukan sesuai posisi yang aku lamar. –Unit Manager- kira kira jabatan itulah yang mereka tawarkan. Aku melongo. Apakah posisi itu pantas? Entahlah. Aku meng-iyakannya. Toh, hasil interview baru bisa dilihat minggu depan. J
Pagi ini ada senyum tertoreh dalam hati. Ada rasa puas tertambat karena aku telah berhasil melewatkan hari ini dengan kemantapan hati. Aku sadar, sudah bukan waktunya aku bermain-main seperti dulu. Dunia yang sesungguhnya ada dihadapanku saat ini. Karir, mimpi dan masa depan. Berharap apa yang sudah ku lakukan, ku korbankan dan ku perjuangkan mendapat hasil yang memuaskan dan aku percaya Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk hari depanku. J

Ya Alloh, Allohumma yassir walaa tu’assir.

*Tobe Continue

_Mrs. Dy

up