Ada kalanya aku gugup saat bertemu.
Terlebih, jika terlalu lama kita terpisah. Kau di sana, aku di sini. Dengan
kesibukan masing-masing. Memang, kenyataannya komunakasi yang kerap sekalipun
tak merubah kerinduan ini menjadi terkikis. Sebaliknya, aku semakin merindukan
adamu.
Lantas, bagaimana caraku mengobati
kerinduan ini? Bagaimana aku bisa melenggang pergi dari hidupmu? Sementara, aku
semakin menyadari hidupnya perasaan ini. Aku pun sepertimu, aku ingin segera
meresmikan hubungan yang terjalin sesederhana ini. Karena aku mulai takut
kehilanganmu. Aku membutuhkan cintamu.
Anggaplah hari itu hanyalah sebuah
mimpi. Tertidur di pelukanmu, mencium aroma tubuhmu, menggenggam kuat jemari
tanganmu. Sungguh! Aku tak ingin terbangun dari mimpi itu. Jadi, jangan pernah
bangunkan aku! Tolong. Biar ku eja setiap kisah tentang kita. Biar ku bingkai
indah mimpi itu dalam memori tak berbatas.
Jika bisa, Aku ingin selalu bersamamu.
Jika Tuhan mengizinkan, aku berharap namamu yang tertulis dalam catatan jodoh
di lauful mahfudz untukku. Namamu, aku ingin kau menjadi imam kehidupanku.
Maka, Biar aku tertidur kembali. Biar ku
lanjutkan mimpi hari itu. Bersamamu, dan hanya denganmu. Sampai akhirnya aku
harus terjaga. Dan benar-benar melihatmu nyata untukku. Seperti mimpi di hari
itu.
Aku mencintaimu.
Dan setelah ini, aku akan belajar lebih
banyak kata agar aku tak lagi segan untuk bicara. Diam untuk mengatakan yang
aku rasa. Aku akan lebih belajar mencintai dan merindukan kebersamaan ini. Ya,
mungkin dua hari ini adalah mimpi. Sebuah mimpi. Dan tetap menganggap ini hanya
ilusi. Biarlah mimpi ini tertahan agar kita masih bisa terus merindukan.
Sayang, seperti pintamu dalam mimpiku. Aku
akan berusaha untuk bertahan. Aku tak akan menyerah bukan hanya sampai kita
melangkah di pelaminan. Namun, sampai kita tak bisa lagi saling bersua dan
memandang. Bukan karena jarak melainkan kematian yang memisahkan.
“Aku merindukanmu, merindumu dan sangat
merindukanmu” itu yang selalu ingin ku ucapkan saat pagi menyapa dalam diam.
Hanya bisa tersenyum. Memandang cakrawala dan menyisipkan sebuah doa untuk
harimu yang menyenangkan.
Dan betapa melegakan ketika kau bilang “Aku
akan menyimpan rindu ini sampai suatu hari aku bisa bermimpi kembali”. Kau tau
sayang, itu adalah kalimat pertama yang kau susun begitu romantis untukku.
Hari ini, aku kembali merindukanmu
sepagi ini. Lihatlah! Mungkin gelas itu tak akan kosong jika kau di sini. Karena
ada kamu yang memintaku menyeduh secangkir coffe menyambut hari. Kau dan Coffe.
Kalian sama. Sama-sama menghangatkan pagiku yang dingin. Maka mendekatlah. Ingin
ku bisikkan kata hatiku kepadamu.
“Aku bersyukur
masih bisa merindukanmu sepagi ini”
_Mr. Ky & _Mrs. Dy
0 komentar:
Posting Komentar