Pada kenyataannya
aku masih anak kecil. Ya, kau jelas-jelas memilih gadis yang masih belum
berfikir dewasa. Itu aku. Aku yang kekanak-kanakan dan hanya selalu berusaha
mengimbangi mu. Tapi tetap saja tak bisa. Aku gagal.
Jadi maaf
jika dihari-hari ke depan aku akan sangat bergantung padamu. Maaf juga untuk
aku yang masih butuh banyak bimbingan atas sikapku. Maafkan atas kesalahan dan
kesalahan yang selalu aku lakukan terhadapmu. Maaf atas khilaf dan egoku.
Jadi jangan
berfikir untuk menjadi aku. Kau tau, aku tak pernah dididik untuk melakukan
kesalahan. Bukan! Mungkin ibu terlalu memanjakanku sehingga tak pernah
mengajariku untuk belajar dari kesalahan. Sepenuhnya kau benar. Aku tak bisa
menjadi pribadi yang lebih baik jika aku tak pernah salah. Tapi kali ini aku
benar-benar merasa bersalah. Maaf.
Maka,
apa masih pantas aku berada di sampingmu? Sedang, susah payah langkah ini untuk
berjalan di sisimu. Aku lambat! Aku tertatih untuk berpijak. Aku selalu
tertinggal. Kau bahkan setengah berlari. Jadi apa pantas? Apa sudi kau terus
mengalah atas egoku? Bukankah kau bilang semua punya batas? Aku, mengapa
demikian lurusnya didikan untukku. Aku bahkan tak mengerti kerasnya hidup.
Kau,
Trimakasih atas pelajaran yang kau berikan. Sudikah kau terus disampingku?
0 komentar:
Posting Komentar