Aku meraba waktu. Menikmati setiap detiknya.
Tik Tok Tik Tok. Sudah menjadi bagian dari kehidupanku. Menjalani, Menikmati,
Mensyukuri. Sederhana. Dua puluh empat jam dalam sehari, tujuh hari dalam
seminggu, tigapuluh hari dalam sebulan dan dua belas bulan dalam setahun.
Setiap waktu membentuk kepingan kisah yang terekam dalam dernyit kehidupan.
Rasanya baru kemarin aku terlahir. Menjadi bayi
mungil yang menjadi harapan baru keluarga. Seorang bayi perempuan yang lemah,
namun dicintai banyak orang. Tak lama kemudian aku tumbuh, merangkak, berjalan,
berlari, dan mulai bermain. Bayi mungil berubah menjadi balita yang
menggemaskan. Ukuran tubuh yang bulat dan berisi membuat pipiku di incar banyak
orang.
Aku pun beranjak besar. Mengenal pendidikan Taman
Kanak-kanak. Belajar lebih banyak ilmu. Menggunting, melipat, menempel,
menggambar. Tak ada hari tanpa keceriaan dan kebahagiaan. Begitu pula saat
memasuki bangku Sekolah Dasar. Aku semakin pintar. Belajar huruf, angka, tanda,
dan ditanamkan rasa cinta pada Negara.
Tak berapa lama, sang waktu membawaku tumbuh
remaja. Mengajarkanku lebih dan lebih. Tak hanya soal pendidikan namun perasaan.
Cinta, kesedihan, kasih sayang, amarah, kerinduan dan kebersamaan. Aku mulai
mengolah rasa dalam kata yang orang menyebutnya masa “pubersitas”. Belajar take and give, love and to be loved, and be
a dreamer.
Waktu malaju. Ku tinggalkan masa remajaku
dengan suka cita. Baju putih biru berubah putih abu-abu. Aku telah Dewasa!
Tumbuh menjadi gadis sederhana, manja dan hommy. Memiliki banyak teman, menjadi
kotak sampah unek-unek teman, dan seorang anak dan cucu kebanggaan keluarga.
Yap, aku memang berbeda. Lebih tepatnya aneh (freak) dengan sifatku yang lebih suka nongkrongin rumah dari pada
nongkrongin kafe seperti teman sebayaku. Bahkan, untuk belajar kelompok pun
selalu rumahku yang mereka kunjungi. Aku tumbuh menjadi gadis super ceria, collorful,
namun suka menyendiri. Aku sangat pandai menyimpan masalah dan keluh kesah. Setelah
dipikir-pikir, masa putih abu-abu bukan masaku tumbuh dewasa. Kenyataannya, aku
masih gadis manja dan cengeng yang selalu mendapat perhatian penuh keluarga.
Good bye putih abu-abu!! Aku mahasiswi
sekarang!!!
Betapa bahagianya menyandang status baru
sebagai mahasiswi tingkat awal. Kenapa? Karena aku bisa memakai baju bebas
setiap hari, nggak harus bangun pagi (lebih tepatnya dibangunin jam weker),
nggak harus belajar penuh waktu, nggak ada upacara bendera, dan satu yang
terpenting aku belajar MANDIRI wwooooyyy!! Aku jadi anak kost an sekarang!!
Horeeeeeeeeeee :D
Tapi, dugaanku salah. Menginjak awal kuliah
aku tak mendapat izin untuk kost, namun tinggal dengan keluarga di sini. (tepok
jidad). Alasannya beragam. Dari mulai aku yang belum pandai mencuci baju
sendiri, takut aku nggak bisa makan sendiri, dan parahnya takut aku lari ke
pergaulan bebas. Well, alasan yang cukup bikin mulutku bungkam untuk
menyangkal. Alhasil aku ikut keluarga selama dua semester. Dan aku belum juga
DEWASA.
Tik Tok Tik Tok... Waktu tak pernah berhenti
berputar. Dan aku harus memilih satu keputusan. Untuk terus dimanjakan atau
belajar hidup mandiri. Aku memilih pindah ke kost-an. Merasakan nikmatnya
kelaparan, kebingungan, dan kehampaan di bulan-bulan pertama. Tapi aku tak
mengeluh. Seolah menikmati bahkan menceritakan dengan bahagia hal-hal yang
omong kosong pada mereka. Berbohong untuk kebaikan dan masa depan itu wajar. Hehe
Kata Dewasa itu benar-benar ada. Aku merasakannya.
Dimana aku tak lagi menyesal atas apa yang aku putuskan. Mencuci baju sendiri,
belajar memasak, berinteraksi dengan dunia sosial, dan lebih awasome nya lagi aku belajar jatuh
cinta! Aku sudah Dewasa! Look at me!!
:D
Kini aku merasa telah matang. Kebebasan telah
sempurna ku rasakan. Bersyukur karena aku selalu berada di zona aman dan jalan
yang lurus. Akankah aku mengakhiri kebebasan ini dengan ikatan pernikahan?
Pasti! Umurku semakin melesat. Aku tak lagi muda belia. Aku belajar merangkai
masa depan. Apa yang harus aku gapai dan mana yang harus ku dahulukan. Cinta,
keluarga dan pekerjaan. Tiga hal yang sama-sama penting di hidupku.
Waktu melaju. Aku telah bekerja. Betapa senangnya
ketika gaji pertama ku simpan sebagai persembahan kepada orang tua. Senyum mereka
merekah, merona penuh kebanggaan. Aku bahagia bisa membantu kehidupan mereka. Meringankan
biaya sekolah adek dan membantu kakak membuka usaha baru. Mereka denyut nadiku.
Aku telah mampu meng-cover semuanya. Sudah saatnya aku putuskan untuk menikah. Menjadi ratu semalam di pelaminan. Menjadi makmum
untuk imam yang telah sabar menungguku dan mendampingiku dari awal. Aku menerima
pinangannya. Dan kini aku siap mendampingi sisa hidupnya. Menjadi seorang istri
yang menghormati suami serta seorang ibu idola anak anakku. Aku merasa cukup
dengan hidupku saat ini. Bersamanya dan bersama buah hatiku.
Masa menelan usiaku. Rambutku yang hitam lebat
mulai memutih dan semakin tipis. Kulitku yang kencang terlihat sedikit koyah
oleh zaman.
Menikmati sisa umur dengan mengabdi pada suami
yang masih selalu sabar membimbingku. Anak-anakku telah tumbuh dewasa. Anak-anak
yang dulu selalu membuat gaduh di dalam rumah kini telah hidup masing-masing. Si
bungsu telah di pinang lelaki pujaan hatinya. Sedang si sulung, telah memiliki
dua putra. Mereka cucuku.
Aku termenung melihat lelaki di sampingku. Seperti
biasa, ku genggam erat jemari tangannya. Dia menatapku hangat. Seulas senyum
terpancar di wajahnya. Kita menghabiskan hari bersama. Di bawah senja aku
menyadari. Siklus hidup yang ku jalani tak berbeda dengan hari.
Usiaku telah senja. Apa yang akan terjadi? Senja
akan berganti dengan malam. Dan pagi akan kembali menghangatkan. Aku harap
seperti itu. Jika aku tiada nanti senyum anak cucuku akan menggantikan
kehangatan yang dulu pernah ku rasakan. Anak-anak yang taat beribadah, membanggakan,
dan selalu mengingat kematian. Karena Siklus Hidup seperti waktu yang berlari. Ia
tak akan pernah kembali.
Percayalah, hidup tak ubah seperti hari yang kita lewati. Begitu cepat
dan singkat.
Tak bisa diterka, tak bisa di rencanakan. Tuhan telah mengatur segalanya.
Tak bisa diterka, tak bisa di rencanakan. Tuhan telah mengatur segalanya.
Dan yakinlah, itu yang terbaik untuk kita. Keluarga kita. Masa depan
kita.
Tuhan maha tau apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan.
_Mrs. Dy
0 komentar:
Posting Komentar