Kehidupan. Pernahkah anda merasa hidup sangat
bersahabat? Ketika anda masih bisa tertawa dan meraih apa yang menjadi harapan
anda. Namun, pada titik tertentu anda merasa bosan menjalaninya? Ada masanya
kita tertawa dan terluka. Kadang perasaan itu terjadi dalam satu waktu.
Terkadang dalam waktu yang berbeda. Namun ketahuilah. Hidup akan lebih hidup
jika kita terus merasa cukup dengan ‘syukur. Dengan pondasi keyakinan bahwa
anugrah dan musibah adalah hadiah terbaik dari Tuhan. Meski kadang kita
menolak. Meski sering hati mengelak.
Satu hal lain yang bisa kita lakukan adalah “Muhasabah”. Bercermin pada
diri sendiri.
Muhasabah berasal dari kata hasibah yang
artinya menghisab atau menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah
diidentikan dengan menilai diri sendiri atau mengevaluasi, atau introspeksi
diri.
Hari berganti hari, demikian juga dengan
bulan dan tahun. Kalau kita memperhatian pergantian waktu ini, sesungguhnya
kehidupan dunia makin lama makin menjauh sedang pada kesempatan yang sama
kehidupan akhirat makin mendekat.
Kita perhatikan keadaan di lingkungan tempat
kita kerja dan di tengah keluarga, apakah masih tetap ? Secara jujur kita harus
jawab tidak, kemana mereka? Sebagian karena sudah meninggal, Apakah yang
meninggal hanya mereka? Jawabnya tentu tidak. Kitapun pasti akan meninggal.
Di awal tahun yang semakin mendewasakan diri
kita. Sudahkah kita mengoreksi kembali segala yang berkaitan dengan tingkah
laku kita di masa lalu? Siapkah kita berbenah?
Dalam melakukan muhasabah, seorang muslim
menilai dirinya, apakah dirinya lebih banyak berbuat baik ataukah lebih banyak
berbuat kesalahan dalam kehidupan sehari-harinya. Dia mesti objektif melakukan
penilaiannya dengan menggunakan Al Qur’an dan Sunnah sebagai dasar penilaiannya
bukan berdasarkan keinginan diri sendiri.
Oleh karena itu melakukan muhasabah atau
introspeksi diri merupakan hal yang sangat penting untuk menilai apakah amal
perbuatannya sudah sesuai dengan ketentuan Allah. Tanpa introspeksi, jiwa
manusia tidak akan menjadi baik.
Lantas, aspek apa saja yang bisa kita
sesuaikan dengan ketentuan Alloh dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah Nya?
Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah:
- Aspek Ibadah yang berhubungan dengan Allah
Dalam
pelaksanaan ibadah ini harus sesuai dengan ketentuan dalam Al-Quran dan
Rosul-Nya. Dalam hal ini Rasulluh SAW telah bersabda : “Apabila ada sesuatu
urusan duniamu, maka kamu lebih mengetahui. Dan apabila ada urusan agamamu,
maka rujuklah kepadaku “. (HR. Ahmad).
- Aspek Pekerjaan &
Perolehan Rizki
Aspek ke dua
ini sering dilupakan bahkan ditinggalkan dan ditakpedulikan. Karena aspek ini
diangggap semata-mata urusan duniawi yang tidak memberikan pengaruh pada aspek
ukhrawinya.
3 - Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:
‘Tidak akan
bergerak telapak kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5
perkara; umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya kemana dipergunakannya,
hartanya darimana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya
sejauh mana pengamalannya.’(HR. Turmudzi).
- Aspek Kehidupan Sosial
Aspek
kehidupan sosial dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengansesama
manusia. Karena kenyataannya aspek ini juga sangat penting sebagaimana yang
digambarkan Rasulullah saw. dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda:
‘Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu?’
Sahabat
menjawab:
“Orang yang
bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak
memiliki perhiasan.”
Rasulullah
saw. bersabda:
‘Orang yang
bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala)
shalat, puasa dan zakat, namun ia juga datang dengan membawa (dosa), menuduh,
mencela, memakan harta orang lain, memukul (mengintimidasi) orang lain.
Maka
orang-orang tersebut diberikan pahala kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga
manakala pahala kebaikannya telah habis, sebelum tertunaikan kewajibannya,
diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan pada dirinya, lalu dia pun
dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Muslim).
Apabila melalaikan aspek ini, maka pada akhir
khayatnya orang akan membawa pahala amal ibadah yang begitu banyak, namun
bersamaan dengan itu, ia juga membawa dosa yang terkait dengan interaksinya
yang negatif terhadap orang lain.
Bagaimana cara yang mudah untuk bermuhasabah
:
>> Setelah selesai shalat Isya, atau sebelum
tidur, melakukan evaluasi perilaku atau perbuatan yang telah dijalani, mulai
dari pagi sampai dengan sore hari.
> >> Mulailah dengan hal-hal yang berkaitan dengan rukun islam dan
rukun iman.
> >> Kemudian mengingat hal-hal yang berkaitan dengan sesama manusia
seperti orang tua kita, istri, suami, anak, saudara, tetangga, teman di tempat
kerja dll.
> >> Akuilah kegagalan-kegagalan dalam mengatasi ujian Allah sepanjang
hari, beristigfarlah kepada Allah, bertaubatlah kepada-Nya. Semoga Allah
berkenan menerima taubat kita, lalu berniatlah untuk tidak mengulangi
kesalahan-kesalahan tersebut dan tekadkan niat kita bahwa besok akan tampil
lebih baik lagi.
> >> Jika ternyata kita ada masalah dengan sesama manusia maka kita
harus berani minta maaf dan mintalah kerelaan mereka.
Demikian sedikit uraian tentang perlunya
“Muhasabah”. Sebagai umat Muslim, sudah seharusnya kita terus berbenah menuju
kebaikan. Sebab umur kita terbatas. Sebab waktu tak akan menunggu kita hingga
kita sadar akan kesalahan masa lalu yang pernah kita buat. Batas kehidupan
manusia siapa yang tahu? Jadilah pribadi yang lebih baik dalam menyongsong masa
depan.
Selamat menempuh tahun yang baru dengan jiwa
yang baru. Semoga kita tergolong kaum yang tak pernah putus untuk bersyukur.
Terus bermuhasabah kawan! Sambut 2014 dengan senyum dan berserulah:
“KITA
BISA!!”
0 komentar:
Posting Komentar