Akademia edisi 29 Oktober ...
Buku adalah jendela dunia yang dapat menambah
pengetahuan dan wawasan seseorang. Buku
membantu kita dalam segala hal tentang pengetahuan . Misalnya saja, dengan buku
kita dapat berwisata tanpa harus mendatangi dan mengunjungi suatu tempat, cukup dengan membaca, memahami
dan menikmati isi yang ada di buku. Dengan buku semua hal yang ingin kita
ketahui dapat kita peroleh dengan mencari referensi atau judul buku yang kita
butuhkan.
Kegiatan membaca dan membeli buku tidak menutup
kemungkinan berubah menjadi hobi mengoleksi buku. Dari buku yang sebelumnya
hanya iseng-iseng beli satu per satu
untuk dibaca sendiri, lama-kelamaan terus bertambah. Setelah koleksi bertambah
banyak, apa yang harus dilakukan dengan buku-buku tersebut?
Buku-buku yang tidak terpakai, bisa saja didonasikan
atau diberikan kepada pihak lain yang membutuhkan, misalnya perpustakaan desa,
atau perpustakaan anak-anak yang tidak mampu. Akan tetapi, jika koleksi buku
dianggap sayang untuk didonasikan, bisa saja disusun atau diarahkan menjadi
semacam perpustakaan pribadi.
Untuk membuat perpustakaan pribadi, buku bukan hanya
dikumpulkan dan ditata rapi dalam suatu ruangan, tetapi memerlukan pengelolaan
sendiri. Di dalamnya termasuk cara merawat buku dan identifikasi agar
memudahkan ketika kita membutuhkannya.
Hekmi, mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Perpustakaan
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menyarankan untuk
merawat koleksi buku dengan manajemen perpustakaan mini, misalnya dengan
meyusun buku dalam rak khusus. “Kalau bisa, raknya lebih tinggi dari lantai
supaya tidak lembab dan mudah rusak, dan tidak dijangkau oleh anak kecil,”
katanya. Ia menambahkan agar buku disampul dengan plastik supaya tidak mudah
kotor dan terkena debu. Hal lain yang
tak kalah penting, adalah membuat katalog untuk mengidentifikasi jenis buku, ”Katalog
diperlukan agar lebih mudah ketika mencari sebuah buku,” tambahnya.
Bisnis
Tidak sedikit pencinta buku yang ingin berbagi, sehingga
terkadang banyak yang menyalurkan hobinya ini dengan meminjamkan bukunya.
Bahkan ada yang kemudian melihatnya sebagai peluang bisnis, yakni dengan
membuka persewaan atau rental buku.
Untuk memulai bisnis persewaan buku, bisa diawali dengan
pengelolaan sederhana. Hekmi mencontohkan, bila ada yang meminjam, ia
menyarankan agar si peminjam meninggalkan identitas dan memberi tenggang waktu
pengembalian, “Kalau masa tenggang sudah lewat, beri toleransi waktu selama
tiga hari,” ujarnya. Ketika buku yang dipinjamkan sudah melewati batas tenggang, buku harus
diambil ke alamat atau tempat tinggal peminjam, “Bila perlu berikan sanksi
berupa denda kepada peminjam, misalnya Rp. 500 per buku dan dihitung per hari,” pungkasnya.
Lain halnya dengan Zamiratul Laely yang sudah menekuni
bisnis persewaan buku ini dengan lebih serius. Ia mengaku, bisnisnya dimulai
dari hobi membaca dan mengoleksi buku. Siapa sangka yang tadinya hanya membeli
buku – buku bacaan untuk sekedar hiburan dan mengisi waktu luang, berubah
menjadi bisnis yang menjanjikan. Koleksi buku-bukunya, seperti buku fiksi, non
fiksi, antologi cerpen, puisi, humor, prosa dan lain-lain disewakan kepada
teman-temannya dari ruangan kost yang diubahnya menjadi tempat persewaan,
“Antusias penyewa lumayan cukup banyak,” ujarnya.
Awlanya memang tidak mudah dalam menjalankan persewaan
bukunya. Kendala yang dihadapi antara lain para peminjam yang tidak tepat waktu
dalam mengembalikan buku atau kurangnya koleksi buku yang dimilikinya. Tapi
menurutnya, kendala itu tidak menjadi halangan, “Penyewaan buku yang besar saja
masih ada kendalanya, apalagi seperti saya yang baru memulai membuka penyewaan
buku” kata pemilik persewaan buku Zamie ini.
Sementara itu M. Shalahudin, pemilik rental buku di kawasan Sapen, Demangan,
Gondokusuman, Yogyakarta punya alasan lain. Ia membuka rental buku
karena menurutnya buku merupakan sumber referensi tertulis yang legal diakui
dalam dunia akademis. Oleh karena itu ia tetap optimis rental bukunya tetap
eksis ditengah gencarnya arus
teknologi informasi seperti internet. Menurutnya, perpustakaan kecil seperti rental buku tidak
lantas kehilangan peminatnya. Masih banyak rental buku yang tetap diminati oleh
mahasiswa untuk mencari referensi tugas kampus. “Mahasiswa masih banyak yang
membutuhkan referensi buku selain yang berasal dari
perpustakaan,” kata pemilik rental buku
‘Al Fathin’ ini.
Hal ini dibenarkan oleh M. Rezansyah, bahwa feel dalam mencari ilmu
tetap ada pada buku. Entah itu buku yang dipinjam dari perpustakaan maupun buku
yang disewa. “Berbeda rasanya apabila belajar di depan komputer dengan langsung
dari buku sebagai sumber ilmu. Makanya, saya tetap lebih
suka membaca buku, baik yang dipinjam dari perpustakaan, maupun dari rental
buku,” kata mahasiswa jurusan teknik
elekto UGM ini. “
Sulistyantoro Pangarso, menanggapi positif keberadaan
persewaan buku tersebut. Menurutnya, dengan adanya tempat penyewaan atau rental
buku ini dapat membantu mahasiswa dalam memperoleh referensi buku tambahan yang
didapat selain dari perpustakaan. “Apalagi jika persewaan tersebut berada di
daerah yang jauh dari perpustakaan atau akses internet,” kata Wakil Kepala
Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Hanya saja, Sulistyantoro menyarankan adanya kontrol
terhadap persewaan semacam ini, terutama terhadap peminjam dari kalangan
anak-anak, “Jangan sampai anak kecil bisa meminjam buku bacaan yang sebetulnya
untuk orang dewasa!” tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar