Job Seeker #Part V

Berada di ambang renungan. Apa yang aku lakukan hari ini? Sebuah peristiwa konyol yang membuat aku belajar. Begini kelanjutannya...

Pagi ini aku berangkat menuju Main Office perusahaan yang kemarin memintaku mengikuti pemberkasan terakhir dan formalitas interview. Sudah sejak pagi aku bersiap, berdandan seadanya (tampak sedikit aneh) dan langsung menuju kantor yang letaknya belum aku ketahui secara pasti. Aku meluncur ke kota yang kerap disebut the spirit of java dengan perasaan campur aduk. Antara penasaran dan ragu. Namun, aku mantapkan hati untuk tetap masuk ke dalam kantor yang letaknya persis di pinggir jalan dengan lorong utama yang senyap. Seorang wanita paruh baya yang bergaya menor dengan dandanan dan busana mininya menyambutku. Setelah dipastikan namaku terdaftar di jajaran peserta interview aku diminta masuk melalui pintu samping. Well, aku putar arah dan menuju ke lokasi yang dimaksud. Taraaaaaaaa!!! Keraguanku memuncak saat aku memasuki sebuah gudang yang cukup tua dan kumuh. Aku sedikit terlonjak ketika seorang satpam wanita membuyarkan lamunanku. Emmm lebih tepatnya rasa kagetku. Aku tersenyum ramah sedikit dipaksakan. “Mau interview mba?,” aku mengangguk tanpa bersuara. “Silakan tunggu disini, nanti mba akan wawancara di dalam (nunjuk gudang). Tapi sebelumnya mba bisa parkirkan kendaraan mba di belakang kantor ini paling ujung,” sekali lagi aku mengangguk. Kali ini dengan wajah ambigu menelan ludah dan beristighfar berulang kali.

Perlahan aku keluar menuju parkiran yang dimaksud. Dan WAWW!! Parkiran yang aku tuju ternyata sebuah kebun kotor yang dipaksakan menjadi parkiran sempit di sampingnya. Luar Biasa! aku semakin ragu untuk mengambil keputusan. Disisi lain ini peluang besarku mengahiri masa menganggurku. Setelah dipikir masak aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Yap, aku mengundurkan diri. Lebih tepatnya kabur sebelum berperang. Hahahhahaa

Guys, siapa yang nggak mikir macem-macem kalau saat pertama kali menginjakkan kaki di kantor kita tidak diberi tempat yang nyaman dan kondusif. Mungkin ini terlihat konyol. Tapi ini murni karena aku ingin berhati-hati. Bukankah pertemuan pertama akan sangat menentukan hari-hari ke depannya? “Belum rezeki,” Ujar hatiku. J

Ya Alloh, Allohumma yassir walaa tu’assir.


*Tobe Continue

_Mrs. Dy

0 komentar:

Posting Komentar


up